top of page
  • Vicharius DJ

Filosofi Ruang Kosong Antara Gerak & Diam


Ketika Anda mengunjungi ruang pameran B, Galeri Nasional Jakarta, sesuatu yang berbeda akan tersaji di situ. Ada plastik berongga yang terpapar hampir di setiap bagian lantai. Padahal, lantai itu bukan wilayah suci yang tak mengijinkan jejak kaki menimpanya. Riuh plastik pecah akibat menerima beban tumpuan kaki setiap pengunjung yang datang.

Adalah RB Ali sendiri yang memiliki ide unik itu. hamparan plastik bubble itu sengaja dibentangkan di seluruh lantai ruang pamer berukuran 23,52 x 6,81 meter. Tak ayal, pengunjung dimanjakan dengan sensasi riuh tak biasa untuk menikmati sebuah pameran seni rupa yang umumnya sunyi. Ali ingin mengajak pengunjung memikirkan lebih dalam tentang makna pameran tunggalnya, Tembang Sunyi.

Dalam pameran itu, pelukis asal Lampung itu menyajikan 12 karya. Semuanya merupakan figur perempuan yang terkesan sensual namun mampu digarapnya sebagai bagian integral dari penggarapan bidang warna dan garis yang cenderung geometrik, dekoratif, dan gaya kubistik. “Saya juga menyiapkan sebuah lukisan berukuran raksasa yang terdiri di dalam empat panel,” kata Ali dalam pengantarnya.

Semua lukisan Ali itu dipajang dalam ruangan bersekat tiga. Ruang pertama ada unsur tegangan yang diburu RB. Ali ketika merasa membutuhkan sesuatu di luar komposisi, sehingga muncullah tokoh-tokoh politik yang menghiasi ruangan tersebut, seperti Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur DKI Jakarta) dan Tri Rismaharini (Walikota Surabaya).

Sementara itu ruang kedua diisi figur-figur perempuan anonim, yang artinya bisa menyasar pada siapa saja. Penggarapannya tak lepas dari bentuk-bentuk geometrik, dekoratif, serta di sana sini kubistik. Sosok-sosok perempuan ini mendorong pengunjung untuk menemukan persoalan yang mungkin dialami seluruh perempuan.

Selain lukisan, Ali juga menggarap patung/instalasi yang salah satunya ia tunjukkan di ruang ketiga. Mata pengunjung terarah pada permainan visualisasi bentuk dan warna hasil refleksi cahaya overhead projector atau biasa disebut OHP. Dalam karya berjudul Ke(bisu)an itu, Ali mencampurkan minyak dan air berbagai warna dalam wadah transparan di atas sorotan lampu OHP.

Menurut kurator Efix Mulyadi, pada pameran tunggal yang ke enam ini, Ali mulai menunjukkan perubahannya. Kata Efix, Ali mulai berani bergeser pada seni instalasi dan karya patung, sebuah hal yang selama ini tak pernah ia hasilkan. Dia mengapresiasi langkah Ali yang berani keluar dari zona nyaman dan berani mencoba pada sesuatu yang menurutnya baru.

“Ini sesuai dengan tema besarnya, Tembang Sunyi yang mengetengahkan hubungan antara gerak dan diam, antara berisik dan suara. Ali sedikit banyak berusaha membunyikan lukisan-lukisannya untuk ditangkap dan bisa dimengerti orang banyak,” ungkap Efix

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page