top of page
  • Vicharius DJ

Parodi Jagoan Lokal di Atas Kanvas


Satu lagi pameran seni diadakan di Ibu Kota. Kali adalah kelompok Djagat Roepa Studio Enam yang jadi penyelenggaranya. Mereka membuka pameran seni rupa yang berjudul Tjergam Taroeng di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Pameran itu dikuratori oleh Kuss Indarto akan diresmikan oleh Sarlito Wirawan Sarwono. Menurut Kuss, tema Tjergam Taroeng diusung untuk mengemas bahasa imajinasi cerita lama dalam perkembangan dunia komik sebagai seni cerita bergambar. “Komik menjadi sebuah perkembangan yang berkaitan dengan bagaimana orang bercerita tentang realitas kehidupannya,” ujar Kuss dalam keterangannya. Ditambahkannya lagi, pameran Tjergam Taroeng lahir atas inisiatif dari perupa Ananta O'Edan, Yuli AS, Yassir Malik, Toto M. Mukmin, Untung Saryanto, Leonard Pratama, Iqbal Oemar, Andre Random, Nasir Setiawan, Abidin M, Muchyar Sumpena, dan Kurnia Setiawan. “Mereka mengeluarkan kekuatan pesan cerita bergambar pada masa keemasan dalam berkomunikasi, baik dalam pelesetan dan parodi serta harmoni yang kental,” tambah Kuss.

Toto M Mukmin salah satu perupa yang ikut terlibat melalui karyanya, Jagoan dan Tikus Bedebah menggambarkan kalahnya tokoh-tokoh superhero lokal oleh keganasan korupsi yang dilambangkan tikus-tikus dalam wujud aneka warna dan bentuk. Seniman kelahiran Palembang itu ingin menunjukkan bahwa koruptor kini berwajah orang-orang baik bahkan terkadang lucu namun membunuh. Sementara itu Muchyar Sumpena mengambil tokoh punakawan, dalam tiga karya lukisnya yakni Fetruk Naik Onta: Indonesia Bangga Peminjam Budaya, ingin merekonstruksi berbagai budaya luar nusantara selain mencipta karya orisinal. Pada karya lain berjudul Semar Masgul, terlihat tokoh semar sedang memegang bumi di tangah kirinya, Muchyar ingin menggambarkan kesedihan manusia setengah dewa itu akan nasib bumi yang merana akibat keserakahan manusia. Iqbal M Oemar dengan karyanya Gundala Ngonthel memvisualkan jagoan yang memiliki kekuatan untuk berlari secepat kilat itu sedang mengendarai sepeda tua di tengah keriuhan jalanan Jakarta. “Ini merefleksikan kehidupan saya saat ini yang tak lepas dari sepeda tua, sebagai hobi atau kegiatan sehari-hari. Menurut saya dunia transportasi sangat tidak ramah lingkungan, macet, boros, dan menjenuhkan. Dengan sepeda kita bisa menyelamatkan dunia,” ujarnya.

Pada 20 Agustus mendatang pukul 13.00 di ruang seminar B Galeri Nasional Indonesia juga digelar obrolan perupa. Acara tersebut bertujuan untuk membagi pengalaman tentang apa yang telah dikerjakan oleh kelompok Djagat Roepa Studio Enam dalam berkarya serta bercerita mengenai fenomena "taroeng visual" selama kurang lebih enam bulan berkarya bersama.

Jagad Roepa adalah salah satu program kerja dari Studio Enam, di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Tarumanagara. Kelompok yang menjadi studio bermain dan belajar bersama seni rupa dalam lingkup fakultas. Aktivitasnya pun beragam, mulai dari penciptaan karya, pelatihan linocut, 'kitchen lithography, art sablon, menggambar, fotografi, serta diskusi seni rupa, budaya, sosial dan sebagainya.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page