top of page
  • Vicharius DJ

Napak Tilas Jejak Seni Rupa Tanah Air


Sejarah seni rupa Indonesia begitu panjang dengan berbagai aktor yang muncul di setiap zamannya. Situasi nusantara yang berbeda seiring perjalanan waktu turut mempengaruhi bagaimana seorang perupa menghasilkan karyanya. Coba saja lihat karya Henk Ngantung, seniman yang pernah menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.

Henk pernah mencatat beberapa peristiwa penting sejarah bangsa ini dalam goresan kuas. Karya-karya seperti Bung Hatta dan Dr Van Hook, Hotel Linggarjati, Penandatanganan Naskah, hingga sketsa Achmad Yani dan Sutan Syahrir pernah lahir dari tangannya. Hal itulah yang ingin diperkenalkan pada publik dalam pameran bertajuk Jati Diri: Periskop Seni Rupa Indonesia.

Adalah Yayasan Mitra Museum Jakarta (YMMJ) yang berada di balik pameran ini. Ia terselenggara di Museum Seni Rupa dan Keramik di kawasan Kota Tua, Jalan Pos Kota, No 2, Jakarta Barat. Ketua YMMJ, Soedarmadji Damais menjelaskan, pameran ini digelar untuk mengingat kembali rangkaian peristiwa seputar sejarah seni rupa tanah air dan betapa pentingnya makna di balik karya tersebut.

“Jadi melalui pameran ini saya berharap masyarakat luas akan semakin berminat pada seni rupa Indonesia, semakin memahaminya, menghargai, bukan saja aspek keindahannya, tapi juga sejarah dan latar belakangnya,” kata Soedarmadji.

Dalam helatan ini pengunjung dapat melihat beragam koleksi seni rupa dan keramik. Untuk koleksi seni rupa yang terbuat berbagai bahan dan teknik yang berbeda seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa, dan batik lukis.

Di antara koleksi-koleksi tersebut ada beberapa koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah seni rupa di Indonesia, antara lain lukisan yang berjudul ‘Pengantin Revolusi’ karya Hendra Gunawan, ‘Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh, ‘Ibu Menyusui’ karya Dullah, ‘Seiko’ karya S.Sudjojono, dan ‘Potret Diri’ karya Affandi.

Sedangkan untuk koleksi keramik, ditampilkan dipamerkan kreasi dari berbagai daerah di Indonesia seperti Aceh, Palembang, Jakarta, Lombok, Lampung, Yogyakarta, Purwakarta, dan lainnya, juga ada keramik dari Majapahit abad ke-14 dan sejumlah keramik asing dari China, Jepang, Thailand, dan Eropa. Namun yang terbanyak keramik dari China terutama pada masa Dinasti Ming dan Ching.

Maya Sujatmiko, kurator pameran mengatakan, setidaknya ada 21 lukisan dan 11 sketsa terpilih yang dibuat pada periode 1964-1980. “Semua karya terpilih dari maestro seni rupa tanah air ini merupakan cikal bakal berdirinya Museum Seni Rupa dan Keramik. Dengan beragam tema dan jenis karya, mulai dari tema sosial budaya hingga lukisan abstrak ini menjadi periskop alat dokumentasi dan potret sejarah seni rupa itu sendiri,” kata Maya.

Pameran yang digelar dalam rangkaian memperingati Hari Museum Nasional yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2016 itu, terbuka untuk umum dan gratis. Museum Seni Rupa dan Keramik, juga dilengkapi dengan perpustakaan dan Studio Gerabah untuk tempat pelatihan membuat gerabah yang dibuka untuk pelajar dan umum.

Pengunjung juga bisa belajar membuat keramik mulai dari teknik pinching (pijit), cetak sampai roda putar. Di studio ini juga disediakan oven untuk pembakaran gerabah hasil latihan. Dalam acara kali ini pengunjung bisa membeli aneka pernak-pernik dan aksesoris di toko cenderamata, seperti kaos, gantungan kunci, topi, dan lainnya sebagai buah tangan usai berkunjung ke museum ini.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page