top of page
  • Vicharius DJ

Sebuah Potret Hidup tentang Anak yang Terpinggirkan


Entah sejak kapan orang dengan HIV/Aids atau ODHA selalu mendapatkan perlakuan diskriminatif. Padahal jika ditilik lebih dalam, banyak dari mereka yang masih berusia anak-anak. Bukan salah mereka ketika virus itu sudah masuk ke tubuh bahkan sebelum mereka dilahirkan.

Namun anak-anak ini tak mau terus larut dalam perlakuan diskriminatif itu. Mereka mencoba bangkit dan melakukan sesuatu yang luar biasa seperti anak lainnya. Salah satunya dengan memotret. Ya, hasilnya cukup bagus bahkan kini karya mereka dipamerkan dalam pameran fotografi bertajuk, One Child One Life Projekt di Galeri Kuntskring, Menteng.

Mereka yang menjadi pameris adalah anak-anak yang sedang atau berada di bawah perawatan Lentera Anak Pelangi (LAP). penyelenggara acara menyatakan bahwa huruf 'k' dalam judul berarti ‘kids” yang berarti anak-anak. Irwanto, pendiri LAP mengatakan pameran bertujuan untuk mendidik masyarakat tentang kehidupan anak-anak dengan HIV dan keluarga mereka.

Namun, kehidupan itu tidak digambarkan dengan kesedihan. “Kami ingin menunjukkan bahwa anak-anak ini optimis. Tapi kita tidak bisa menjamin bahwa optimisme mereka akan bertahan jika kita tidak peduli tentang mereka,” katanya.

Dia menekankan bahwa meskipun tidak ada obat untuk HIV, harapan hidup anak-anak dapat ditingkatkan jika virus itu terdeteksi dini. Namun, ada isu seputar kebutuhan anak dengan HIV, termasuk diskriminasi. “Ketika kita berbicara tentang anak-anak dengan AIDS, orang otomatis berpikir tentang seks pranikah dan hal-hal lain, sementara sebenarnya mereka ini hanya anak-anak,” katanya.

Masalah tersebut membuat sedikit sekali relawan yang membantu anak-anak itu. Irwanto juga menyesalkan kurangnya pengetahuan, kelalaian dari anggota keluarga, dan kemampuan ekonomi dalam merawat anak-anak. “Tantangan lain adalah meyakinkan anak-anak bahwa mereka selalu perlu mengambil obat mereka pada waktu yang tetap,” katanya.

Selama acara pembukaan pameran pada hari Sabtu, Abraham Simatupang, seorang dokter dan relawan di LAP, menekankan pentingnya menjadi terbuka dengan mitra. Dia mengatakan bahwa jika orang dengan HIV yang benar untuk pasangan mereka, tingkat penularan dari ibu ke anak dapat dikurangi. “Jika kita mampu mendeteksinya sejak dini, kami dapat membantu ketika pasangan berencana untuk memiliki bayi. Mereka bisa memiliki kehamilan normal dan melahirkan secara normal untuk anak-anak mereka,” katanya.

LAP adalah organisasi sosial di bawah Universitas Atma Jaya yang berfokus pada penyediaan perawatan berbasis rumah untuk anak-anak dengan HIV dari keluarga berpenghasilan rendah. Saat memberikan bantuan sosial dan pendidikan, dukungan nutrisi, serta obat-obatan dan perawatan kesehatan untuk 97 anak-anak di Jakarta dan sekitarnya. Telah bermitra dengan Helping Hands, sebuah organisasi non-pemerintah yang diprakarsai oleh staf dari Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk penyelenggaraan pameran.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page