top of page
  • Vicharius DJ

FILARTC, Keberagaman Dalam Seni Perfilman


Pada awal April lalu Film and Art Celebration, atau FILARTC 2017 kembali digelar sebagai puncak perayaan Hari Film Nasiona yang diadakan di Studio Perum Produksi Film Negara di Jalan Otista, Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tema yang diangkat Merayakan Keberagaman lndonesia untuk menunjukkan bahwa insan perfilman mengakui keberagaman Indonesia, sebagaimana bangsa sejak lama.

”Keberagaman bukan semata bicara soal SARA (suku, agama ras, antargolongan), tetapi juga pemikiran dan sikap yang saat ini tenggelam atas nama pemaksaan kepentingan kelompok," ujar Adrianto Sinaga, selaku Ketua Pelaksana FILARTC di Jakarta.

Adrianto juga mengatakan, sama seperti perhelatan pertama pada 2015, FILARTC 2017 dikemas dalam bentuk karnival. Berbagai kegiatan terkait unsur perfilman dihadirkan puluhan sineas dan seniman Tanah Air untuk menghibur dan memberikan pemahaman masyarakat atas perkembangan film nasional.

Kegiatan seperti forum film, pemutaran film, seni pertunjukan seperti tari, wayang, boneka unyil, musik, pameran fotografi, sejarah, kostum, bazaar film, dan booth asosiasi perfilman dan make up special effect. “FiLARTC 2017 mendapat kehormatan, karena dipilih menjadi tuan rumah dari acara puncak Hari Film Nasional 2017. Pemilihan ini sesuai dengan harapan FILARTC, agar film Indonesia mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat,” katanya.

Perhelatan FILARTC 2017 juga merupakan bentuk dukungan kepada pemerintah dalam melakukan revitalisasi PFN, lembaga perfilman yang semasa jayanya telah memproduksi berbagai karya populer seperti "Si Unyil". Selain itu, FILARTC 2017 juga mengadakan beberapa kegiatan berupa pemberian Life Achievement Award dari Pusbang (Pusat Pengembangan Film) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan peluncuran buku "Sejarah Film Indonesia".

Bersamaan dengan acara tersebut, LogikaRasa, komunitas pencerita yang berbasiskan media daring menyajikan tontonan menarik berjudul Sebelum Tidur. Film ini bercerita tentang persahabatan dua anak panti asuhan, Sinchan diperankan oleh M. Iqbal Sulaiman, (12) dan Abyan diperankan oleh Sinyo Syamsurizal (12) yang berusaha menyelamatkan persahabatan dan panti asuhannya yang mengalami krisis dan terancam terpecah juga terpisah.

Mereka yang juga merupakan dua orang pemimpi, dihadapkan dengan pilihan untuk tetap tinggal di tempat mereka tumbuh atau berkelana ke tempat lain demi mewujudkan mimpi. Film karya LogikaRasa memberikan cara baru untuk menikmati sebuah film. Dengan menampilkan live scoring yang terdiri dari piano, bass, drum, violin, viola, dan flute, penikmat seni yang menonton merasa menjadi bagian dari petualangan dua sahabat Sinchan dan Abyan.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page