- Vicharius DJ
Ironi Sejarah dalam Tampilan Seni Perangko dan Rajutan
Kartini, tokoh perempuan yang sampai saat ini masih disegani sebagai penggagas emansipasi perempuan di Tanah Air. Ia dikenal sebagai sosok yang idealis. Bisakah Anda membayangkan bila sosok itu diubah menjadi seorang fashionista? Tampak ganjil bukan! Namun itulah yang berhasil digambarkan oleh seniman perangko, Triyadi Guntur Wiratmo.
Dalam pameran tunggalnya yang bertajuk, Between The Lines di Galeri Nasional, Guntur menyajikan berbagai lukisan yang digabungkan dengan prangko. Tokoh-tokoh yang ditampilkan juga sangat terkenal di kalangan masyarakat, salah satunya Kartini. Harapannya agar masyarakat mudah menerima pesan dan maksudnya. “Sejarah adalah sebuah cara untuk mengenali kesalahan masa lalu, sehingga kita bisa melewati masa depan. Sejarah juga harus terus dimaknai karena tidak hanya memiliki satu kebenaran,” kata Guntur.

Sebagai pembuat perangko, Guntur terbiasa melakukan riset yang mendalam tentang prangko. Oleh karena itu ia memiliki kedekatan yang khusus dalam mencipta lukisan prangko. Figur Kartini, misalnya. Sosok idealis pengusung feminisme dalam lukisan prangko tampak seperti fashionista dengan item-item fesyen terkini yang ada di sekitarnya. Guntur mempersilakan setiap orang menilai dan memberi makna lukisan tersebut dengan berbagai arti.
“Desain perangko itu harus detail orangnya dan melihat dari sisi luas. Karena perangko itu kecil, jadi banyak unsur yang hilang saat dikecilkan. Dalam lukisan ini eprangko jadi bagian penting untuk meneruskan gambaran sejarah dan memberikan kontradiksi untuk mempertanyakan sejarah tersebut,” ungkap Guntur.

Bukan hanya Kartini yang menjadi tema dari lukisan prangko. Tokoh Sukarno, Che Guavara, hingga Adolf Hitler turut hadir dalam lukisan yang bisa dimaknai beragam oleh tiap orang yang melihatnya. “Keauntentikan perangko sebagai penanda sejarah atau kejadian masa dalam suatu pemerintahan, merupakan satu unsur kuat yang saya gambarkan dalam sebuah ironi dari hasil karya yang dilukis di atas kanvas,” ungkap Guntur.
Dalam pameran tunggal ini, Guntur menghadirkan 15 karya mixed media dengan karya seni prangko dan seni rajut. Karya-karya ini dikurasi oleh Rizki A. Zaelani yang sudah dipersiapkan awal tahun 2015 mulai dari riset, pemotretan materi visual, hingga eksekusi karya. Menurut Rizki, lain dengan perangko, pada karya rajutan Guntur menekankan pesan akan ideologi atas tokoh yang digambarkan dalam lukisan.

“Karya yang ditampilkan Guntur kali ini seakan berusaha untuk mempertemukan kembali ingatan kita pada momen sejarah yang hidup dalam pemaknaan yang tidak sama. Dalam karya ini, Guntur mempersilahkan setiap orang untuk menemukan dan menikmati kesimpulannya sendiri,” ungkap Rizki.