top of page
  • Vicharius DJ

Menjadikan Museum Ruang Pelestarian Seni dan Budaya


Setiap tanggal 18 Mei dikenal sebagai hari museum internasional. Tahun ini untuk merayakannya, Museum Nasinal Indonesia bekerjasama dengan RURU Corps menggelar acara bertajuk International Museum Day and RRREC Fest. RRREC Fest sendiri merupakan kegiatan yang biasanya diadakan dalam dua-tiga hari di tempat-tempat yang jarang dilirik sebagai tempat pertunjukan musik. Indra Ameng, Direktur Festival menjelaskan festival ini turut menyuguhkan berbagai program lain seperti diskusi, lokakarya, pameran seni, pemutaran film, dan program anak-anak yang dilakukan para seniman dan kelompok berbasis seni. “Acara ini berdasarkan pertemuan bulan Desember, kami diminta pihak museum kerjasama membuat acara yang menarik minat pengunjung dan merespon ruang dari situs museum dengan menampilkan musisi lokal, menciptakan atmosfer baru,” kata Indra.

Indra menambahkan, itu disiasati dengan mengajak musisi, seniman, pembicara dan sebagainya yang telah dikenal sebelumnya dalam berbagai acara seni dan kegiatan budaya remaja. Acara yang berlangsung mulai 18 hingga 24 Mei ini turut menyuguhkan pameran seni bertajuk The Archive of Nowhere (Arsip Antah Berantah) yang menampilkan karya seniman Aprilia Apsari, Cut and Rescue, Grafis Huru Hara, Kelas Pagi Jakarta, Marishka Soekarna, Serrum, The Jadugar dan The Popo. Sementara, pertunjukan musik yang digelar 18-21 Mei menampilkan musisi seperti White Shoes & The Couples Company, A Fine Turning Creation, Adrian Adioetomo, Bottlesmooer, Ramayana Soul, Nona Ria, dan lainnya. Di samping itu, ada juga pemutaran film berjudul Hari-Hari Sapi, Gerimis Sepanjang, Tiga Mama Tiga Cinta, Massroom Project, dan lainnya.

“Diharapkan kunjungan ini menjadi sebuah pengalaman unik dan berbeda bagi pengunjung Museum Nasional,” kata Indra. Program itu sebenarnya sejalan dengan program yang digagas Museum Nasional, Akhir Pekan di Museum dimana pertunjukan teater yang jadi sajian utamanya. Pekan lalu adalah Teater Koma yang jadi bintang tamu. Tema besar program tahun ini mengusung tentang keberagaman sekaligus pembauran, di tengah kritik dan penolakan terhadap kebhinekaan Indonesia. Lakon yang dimainkan Teater Koma adalah tentang artefak di dalam museum. Bahkan program ini dinilai berhasil meningkatkan jumlah pengunjung. “Kami butuh bermitra dengan orang-orang kreatif demi menciptakan terobosan-terobosan yang bisa menghidupkan kembali minat keluarga dan anak-anak Indonesia untuk berkunjung ke museum,” tutur Direktur Museum Nasional, Intan Mardiana. Data yang tercantum dari dapoerdongeng, sepanjang tahun 2013-2016, program ini tak hanya berhasil menambah 13 ribu pengunjung dan lebih dari 500 ribu pengunjung, tapi juga meningkatkan frekuensi kunjungan mereka. Saat program diluncurkan tahun 2013, sebanyak 51% penonton disurvei mengaku sudah 3 tahun lamanya tidak mengunjungi Museum Nasional. Tahun ini, jumlah tersebut menurun drastis menjadi tinggal 2% saja. Di tahun 2016, survei terhadap 530 responden menunjukkan sebanyak 43% pengunjung kini telah mengunjungi museum lebih dari sekali dalam setahun.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page