top of page
  • Vicharius DJ

Umang-Umang yang Ingin Dilahirkan Kembali Lewat Panggung Teater


Bengkel Sastra, salah satu kelompok teater kampus terkemuka dari Universitas Negeri Jakarta baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-9. Mereka lalu berencana mementaskan Umang-Umang karya Arifin C Noer, pada Agustus mendatang di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Umang-Umang sendiri merupakan naskah kedua dari tetralogi Orkes Madun, yang menceritakan tentang Waska, seorang bandit kelas coro yang hidup dalam himpitan ekonomi. 

Mussab Askarulloh, selaku sutradara pementasaan mengatakan, pemilihan naskah Umang-Umang untuk pementasan ke-37 Bengkel Sastra UNJ bukan tanpa sebab, selain melalui tahap diskusi yang panjang bersama anggota teater, dirinya juga yakin naskah Umang-Umang bisa menjadi sangat spesial jika dipentaskan ke atas panggung. “Umang-Umang punya teks yang secara kesusasteraan juga kuat. Makanya kita tertarik untuk mementaskan teks-teks yang kuat ini ke panggung teater. Secara konteks keindonesiaan saat ini, Umang-Umang juga masih relevan. Mudah-mudahan banyak penonton yang suka,” kata Mussab. 

Bagi Mussab, Arifin C. Noer merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang kerap menyelipkan pesan-pesan kritik sosial dalam beragam naskah realisnya. Tak heran jika naskah-naskah tulisannya, termasuk Umang-Umang, masih sangat relevan jika dikaitkan dengan konteks kekinian.

“Naskah Arifin C. Noer itu absurd sulit masuk di akal, itu yang memberatkan saya sebagai sutradara. Tapi secara ide cerita, kita ingin bangun perspektif baik dan buruk,” kata Mussab. Menurutnya, permasalahan besar bangsa ini adalah suka meninggikan ego, dan suka memaksakan kehendak. Pentas teater baginya memang tidak bisa mengubah masyarakat, tapi paling tidak lewat teater ia ingin mengajak orang-orang untuk belajar mulai melihat dari dua sisi. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page