top of page
  • Vicharius DJ

Lukisan Koleksi Istana, Berawal dari Kisah Bung Karno


Sepertinya sudah menjadi tradisi bahwa tiap bulan Agustus tiba, Galeri Nasional selalu menjadi tuan rumah dalam gelaran pameran lukisan koleksi Istana. Tahun ini tema yang diangkat adalah Senandung Ibu Pertiwi. Terdapat 48 lukisan dari 41 perupa yang dibuat antara abad-19 dan abad-20. Sebuah karya yang tentu memiliki nilai sejarah tinggi. Pameran lukisan koleksi Istana ini setidaknya punya tiga fungsi penting. Pertama, masyarakat dan pencinta seni dapat menikmati karya para seniman Indonesia yang berkualitas pada masa lalu. Kedua, menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki banyak perupa dengan karya-karya yang berkualitas. Ketiga, melalui pameran ini pemerintah ingin menunjukkan komitmen pemeliharaan karya-karya seni rupa berkualitas peninggalan dari masa lalu yang menjadi koleksi Istana.

Bukan hanya lukisan, pameran ini juga memamerkan arsip dan dokumentasi menarik perihal para perupa dan seniman Tanah Air pada masa lalu. Karya-karya yang dipamerkan menyuguhkan banyak tema menarik, seperti keragaman alam Nusantara yang keindahannya menjadi daya tarik wisata, keragaman masyarakat Indonesia, hingga tradisi dan identitas yang melekat pada bangsa Indonesia. Tak hanya itu, beberapa lukisan juga mengusung tema mitologi yang berasal dari semua agama di Indonesia. Salah satunya adalah karya perupa Ahmad Sadali dan AD Pirous yang mengembangkan seni rupa abstrak dan menggabungkannya dengan seni kaligrafi.

Usut punya usut, buku berisi koleksi lukisan milik Bung Karno ternyata menjadi pijakan pertama bagi para kurator untuk melakukan riset sebagai tahap awal persiapan pameran. “Pertama, kami riset lewat buku koleksi lukisan milik Bung Karno. Kemudian membentangkan gagasan hingga akhirnya tercetus tema tentang Ibu Pertiwi. Tema tersebut kami pecah menjadi beberapa sub tema agar lebih fokus dan spesifik,” ujar Asikin Hasan, salah seorang kurator pameran. Ketika ditanyakan perihal satu dari 48 lukisan dalam pameran tersebut yang menyimpan cerita paling menarik, Asikin menyebut lukisan Pantai Flores karya Basoeki Abdullah. Lukisan yang dibuat pada tahun 1942 itu berawal dari goresan cat air di atas kertas karya Bung Karno. Kemudian Bung Karno meminta Basoeki Abdullah untuk menyalin kembali potret pemandangan Flores dalam lukisan cat minyak di atas kanvas. “Perlu diketahui bahwa Basoeki Abdullah belum pernah ke Flores. Jadi ia membuat lukisan tersebut hanya dibantu oleh penginderaan Bung Karno terhadap Flores semasa menjalani hukuman pengasingan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda,” tutur Asikin. Berbagai lukisan koleksi Bung Karno dinilai memiliki cakupan tema yang luas. Tidak jarang hal ini menimbulkan interpretasi yang berbeda dari para kurator terhadap lukisan tertentu. Sebagai salah seorang kurator, Asikin mengaku hal ini menjadi tantangan tersendiri saat proses riset dan seleksi berlangsung. Dengan adanya buku koleksi lukisan milik Bung Karno, Asikin menilai bahwa presiden pertama RI tersebut juga turut menginspirasi generasi penerusnya serta berperan besar dalam mewarisi pengetahuan tentang sejarah dan perkembangan seni lukis di Indonesia. “Setelah Bung Karno, ada beberapa presiden yang masih mengoleksi lukisan. Meski demikian, kualitasnya tidak sebagus pada masa Soekarno,” tutup Asikin. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page