top of page
  • Vicharius DJ

Koruptor Insaf dalam Balutan Drama Komedi Satir


Program Indonesia Kita kembali menghadirkan kolaborasi kre­atif para seniman lintas daerah dalam pementasan terbaru­nya dengan lakon Koruptor Pamit Pensiun. Acara itu dipentaskan pada 20-21 Oktober 2017 kemarin di Graha Bhakti Budya, Taman Ismail Marzuki. Kisah itu me­rupakan lakon keempat sekaligus lakon penutup yang mengangkat Lintas Benua, Silang Bu­daya, tema pementasan Indonesia Kita tahun ini. Lakon Koruptor Pamit Pensiun produksi terbaru tim kreatif Indonesia kita yang terdiri dari Butet Kertaredjasa, Agus Noor dan Djaduk Ferianto ini, berkisah ten­tang seorang tokoh yang dikenal baik dan bersih, jujur dan bijaksana, men­dadak membuat pengakuan: bahwa ia sesungguhnya koruptor. Ia sudah bosan menyembunyikan segala perilaku busuk kotornya, dan berniat pensiun sebagai koruptor.

Terdengar sangat aneh memang kejadian ini, dan sulit dibayangkan bagaimana ceritanya jika hal ini benar-benar terjadi di dunia nyata. Dalam adegan ini, Butet Kertaredjasa yang bertugas memerankan koruptor insaf pun mer­aup tawa, ketika harus mengumumkan niatnya itu di depan para kolega dan keluarganya, yang diperankan Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben) dan Sha Ine Febriyanti.

“Pertemuan kita ini sangat berseja­rah, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pengakuan yang paling jujur. Saya sekarang merasakan lelah, karena telah terus-terusan berpura-pura menjadi tokoh yang baik, sampai-sampai saya dianugrahkan satya keluhuran warga bangsa oleh pemerintah,” cetus Butet saat pementasan. Pengakuan itu membuat geger, ka­rena para aparat hukum menjadi kebin­gungan. Agar tidak terjadi hal-hal yang semakin membahayakan keadaan, para aparat hukum pun memohon agar mencabut niatnya untuk pensiun dini sebagai koruptor. Kejadian menggelitik ini diikuti oleh alasan-alasan rasional namun tetap nyeleneh, dalam dialognya Butet berujar jika merasa tidak enak melaku­kan tindakan koruptif namun tidak ada orang yang tahu apa yang sudah ia lakukan itu.

“Saya juga ingin mengimplementasi­kan nilai-nilai Pancasila, tidak enak kan jika kader-kader saya tamasya per­manen di LP Suka Miskin, saya harus solider,” tuturnya.

Gambaran cerita singkat, yang ditu­lis dan disutradarai langsung oleh Agus Noor itu memang terdengar sangat menggelitik, membayangkan se­orang koruptor berniat ingin pensiun. Sepanjang pertunjukan alur celetukan pemain pun tidak jauh-jauh dari kejadian terkini bangsa ini, soal perilaku koruptor. Seperti yang tiba-tiba mendadak sakit keti­ka harus diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kencangnya aksi operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK. Sampai mengarah pada sikap, seperti memamer­kan kewibawaan, gaya dan pola pikir Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sehingga candaan atau ungkapan pesan yang dibawakan di atas panggung, sangat mudah tersampaikan ke penonton. Kemudian, yang menggelitik juga ada pada adegan di mana Butet dan rekan­nya membujuk Cak Kartolo, orang jujur penghuni pondok pensiun itu, untuk mau bertukar kehidupan oleh sang korup­tor insaf. Iming-iming imbalan uang melimpah membutakan orang-orang disekeliling hidup Cak Kartolo, hingga akhirnya Cak Karolo dikurbankan untuk kepentingan ini. Agus Noor menjelaskan proses peny­usunan dan penulisan naskah Koruptor Pamit Pensiun memakan waktu 3 bulan. “Cerita situasinya, dan terjadi spontan begitu saja di setiap harinya ada saja celetukan atau respon yang berbeda di panggung, sesuai dengan situasi yang terjadi saat ini,” terang Agus, usai acara pementasan. Menurutnya, apa yang tertuang da­lam pementasan Koruptor Pamit Pensiun merupakan refleksi keadaan yang diolah dalam perspektif humor. “Kami percaya humor bisa merefleksikan banyak hal, termasuk korupsi,” tandasnya. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page