top of page
  • Vicharius DJ

Pesan Tersirat tentang Pentingnya Menjaga Kelestarian Lingkungan


Galeri Indonesia Kaya kembali kedatangan tamu. Kali ini mereka adalah kelompol seniman asal kota Gudeg, Yogyakarta. Flying Balloons Puppet. Kalau ditelisik dari namanya, sudah bisa ditebak ini adalah pertunjukan boneka atau pertunjukan wayang. Namun dari bentuk dan cara memainkannya, bisa disebut ini sebagai wayang modern. Flying Balloons Puppet menampilkan sebuah pertunjukan berjudul “Natuh”. Di atas sebuah gundukan yang merupakan representasi dari batu, berdiri sebuah boneka. Namanya To’ Bomoh. Dia adalah seorang saman alias dukun. Boneka To’ Bomoh dan juga peran-peran lainnya dikendalikan masing-masing oleh dua orang dalang yang berpakaian serba hitam seperti yang bisa kalian lihat di bawah ini.

Suara To’ Bomoh yang melengking memulai ritual pemujaan arwah leluhur, Luta, membuatku merinding. Di panggung juga terlihat asap-asap. Mungkin itu kemenyan. Tidak lama kemudian muncul dua-beradik Taran dan Talah. Taran berjenis kelamin perempuan, sedang Talah laki-laki. Dikisahkan bahwa ketiganya hidup dalam sebuah negeri bernama Natuh. Kata Natuh sebenarnya merupakan representasi dari kisah kelestarian lingkungan. Bila dibalik, Natuh akan menjadi Hutan. Sebuah negeri yang sangat damai dan subur. Sebagai ungkapan rasa syukur, ketiganya selalu mengadakan ritual pemujaan terhadap Luta. Para dalang tampak dengan lihai memainkan ‘wayang’ nya. Adegan jenaka juga diperlihatkan tokoh Talah dengan cara ‘mencolek-colek’ salah satu penonton yang duduk persis di depan panggung. Para penonton tampak tertawa geli melihat sifat jahil tokoh Talah. Adegan dramatis juga semakin menarik perhatian. Ketika Talah terlihat terbang, para dalang memberi efek ‘slow motion’ dan cahaya panggung diredupkan total menyisakan tokoh Talah yang tersorot cahaya lampu dalam gerakan lambatnya.

Berbagai ekspresi dan permainan dilakoni oleh Talah dan Taran di atas panggung. Kejenakaan keduanya memaksa penonton untuk tertawa. Pertunjukan ‘Natuh’ tidak hanya mengandalkan gerakan-gerakan wayang boneka, tapi juga layar ‘shadow’ atau bayang-bayang seperti di bawah ini. Kombinasi dari semua elemen panggung tersebut berhasil menjadikan ‘Natuh’ sebagai pentas yang menarik dan penuh makna tanpa perlu dilengkapi dengan narator sedikitpun. Flying Balloons Puppet berdiri pada Januari 2015 dan digawangi oleh Rangga Dwi Apriadinnur. Sejak tahun 2015, Flying Balloons Puppet sudah menampilkan lebih dari 15 pementasan, baik karya tunggal maupun kolaborasi dengan pelaku seni dan kelompok kesenian di Yogyakarta. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page