top of page
  • Vicharius DJ

Kreativitas yang Menembus Batas Tembok Hotel Prodeo


Apa yang ada dalam pikiran Anda bila mendengar istilah hotel prodeo? Tentu ruang tahanan yang pengap, penghuni yang beringas, dan segala rupa keburukan bercampur di sana. Ya, hotel prodeo atau idiom bagi penjara merupakan tempat yang mungkin tak seorang pun mau tinggal di sana. Di sanalah tempat hukuman bagi para terpidana yang divonis bersalah. Siapa yang sangka, kesan itu mulai luntur saat 150 narapidana menjadi bintang panggung dalam malam puncal Indonesia Prison Art Festival (IPAFest) 2018. Mereka mementaskan drama musikal dalam lakon berjudul Merah Putih Narapidana, Kami Berkarya Maka Kami Ada. 

Bukan hanya drama musikal, festival ini juga dimeriahkan dengan beragam pameran karya seni dan fotografi dari para penghuni Lapas. Total peserta yang berpartisipasi sebanyak 450 orang dari 36 Lapas di seluruh Indonesia. IPAFest 2018 pun memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai festival seni narapidana pertama di dunia dengan peserta terbanyak. Ketua MURI, Jaya Suprana mengaku, ini adalah kali pertamanya melihat drama musikal yang diperagakan napi dengan begitu mengharukan dan menghibur. Dia tak henti-henti menyampaikan pujian saat pertunjukan berakhir. 

“Saya sudah menyaksikan berbagai pagelaran teater di dunia ini, saya sudah saksikan di Sidney Opera House, Berlin, Paris, dan seterusnya. Saya selalu terpana menyaksikan seni teater tapi harus saya akui, saya terkesima dan terpesona plus terharu hanya dalam pagelaran tadi,” ujar Jaya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Laoly juga menunjukan kekagumannya dan memuji penampilan para narapidana pada acara IPAFest 2018. Menurutnya acara tersebut tegas memperlihatkan ke masyarakat bahwa tembok lapas atau rutan bukanlah penghalang untuk aktif berpartisipasi dalam pembangunan narapidana. 

“Di dalam tembok jeruji dimanusiakan, dalam tembok jeruji warga binaan dimanusiakan, diberikan kegiatan, pelatihan, dipekerjakan, difasilitasi minat dan bakatnya. Pada saatnya hasil mereka ditampilkan ke masyarakat melalui acara-acara yang dilakukan Ditjen PAS,” tutunya. Selama dua hari di awal pekan lalu, ratusan narapidana dari Aceh hingga Papua memamerkan beragam hasil karya seperti seni tari, musik, band, kerajinan tangan, lukisan, kuliner, dan puncaknya adalah pementasan drama musikal. Sebelumnya, para narapidana tersebut telah menjalani serangkaian persiapan dan training camp di Lapas Salemba bersama instruktur dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Mengusung tema ‘Bhinneka Tunggal Ika’, IPAFest 2018 merupakan hasil pembinaan kepribadian kemandirian dengan balutan seni budaya yang disuguhkan oleh narapidana dari seluruh nusantara. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page