- Vicharius DJ
Ada Seni Kertas Unik di Festival smArt Dia.Lo.Gue
Saat akhir pekan kemarin Anda berkunjung ke galeri Dia.Lo.Gue di Kemang, Jakarta, mungkin Anda akan merasa berada dalam bagian kecil dari samudera. Ya, setidaknya itulah yang saya rasakan ketika melihat karya apik buatan Sandy Lee. Alumnus ITB itu banyak dikenal publik sebagai ‘paper engineer’. Dari sebutannya saja kita sudah tahu bahwa pria ini memang gemar mengeksplorasi kertas sebagai bahan karya seninya. Bagi Sandy, medium yang terkesan rapuh namun mempunyai karakter tersendiri itu sudah membuatnya jatuh cinta. “Seperti megang makhluk hidup lain kalau saya bilangnya,” ujarnya.

Di galeri itu, Sandy Lee bersama 12 ilustrator lainnya tengah memamerkan karya berjudul 'The Natural Anatomy Observer'. Lewat biota laut yang dihadirkan Sandy, ia ingin mengajak pengunjung untuk menyelami alam bawah laut di pameran bertajuk 'Reka Rupa Rasa'. Jenis-jenis paus pun diangkat Sandy dengan alasan tertentu. “Kita tahu laut-laut di dunia sudah mulai tercemar dan tentu banyak ikan-ikan langka yang terancam kehidupannya,” ujar pemenang Modcon Illustration Competition pada 2017 lalu. Meski karya Sandy berukuran kecil dan tampak sederhana, karya-karyanya mampu memberikan hubungan emosional dengan warna-warna yang harmonis. Bahkan teknik yang dipakai dalam mengolah kertas itu memberikan sentuhan 3 dimensi dan 2 dimensi. Kertas pun dinilai ilustrator yang menggemari karya seniman botanical Eunike Nugroho bukan bersifat rapuh tapi lebih fleksibel. Medium itu pun akan memiliki unsur berbeda saat menggunakan jenis kertas yang tak biasa.

Saat bepergian pula, Sandy mencoba untuk mengumpulkan aneka kertas dari berbagai negara khususnya ketika berada di Jepang. Di negara tersebut, ada banyak kertas yang bisa digunakan sebagai media berkarya. Karya Sandy itu mejeng bersama karya-karya unik lain dalam gelaran Festival smArt Dia.Lo.Gue. Menurut Hermawan Tanzil, kurator festival, acara ini mengusung tema ilustrasi yang ada, pihak Dia.Lo.Gue ingin memajukan dunia ilustrasi agar bisa diapresiasi. “Di sini ada ilustrasi dari yang konvensional sampai yang pop art. Ilustrasi itu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya biar bisa mengangkat ilustrasi sehingga diapresiasi orang jadi lebih baik lagi,” kata Hermawan.

Ke-13 ilustrator dari Indonesia dan mancanegara yang dipilih tak hanya memiliki nilai dalam berkarya dan pengikut Instagram yang banyak tapi ada juga alasan lainnya. Hermawan juga menuturkan biasanya dunia ilustrasi dan seni rupa masih mendapatkan stigma dan terdapat pemisahan atau dikotomi. Menurut dia, sebenarnya dua bidang terus sudah tidak memiliki batas. “Ilustrasi dan seni semakin tidak ada batasnya. Yang dipamerkan di sini adalah seni ilustrasi, yang tadi saya bilang karyanya tidak konvensional tapi beragam sekali,” tandas dia.