top of page

Sajian Para Penjelajah Seni Kontemporer


Bila ada Anda memiliki waktu luang, cobalah mampir ke GrandKemang Hotel Jakarta. Di sana suguhan seni dan desain kontemporer seakan memanjakan mata. Ya, sajian itu merupakan bagian dari penyelenggaraan Indonesian Contemporary Art and Design (ICAD) 2018. Ini merupakan kali ke sembilan acara yang menyuguhkan karya seni, desain, dan arsitektur resmi diadakan. 

Ketika hadir pertama, suguhan karya Eko Prawoto sudah menyambut Anda. Ia membuat kaya yang terbuat dari bambu dengan gagahnya berdiri. Menurut Eko, karya itu merupakan obyek yang berkisah antara manusia dan alam. Kisah seperti yang dikatakan Eko juga menjadi tajuk yang dipilih dalam ICAD 2018.

Hafiz Rancajale, kurator pameran mengatakan tema Kisah menampilkan deretan karya yang lebih personal. Aspek karya itu terdiri atas buah pikiran atau rekam jejak pengalam para seniman dan desainer dalam proses berkarya. Seperti pada karya milik Hikmat Darmawan yang hadir dalam bentuk mural dan arsip. 

Arsip-arsip sejarah komik dari tahun 1920-an dihadirkan Hikmat, bahkan di antaranya ada komik wayang dan komik silat yang pernah populer di Indonesia. “Dia menawarkan kisah frame gimana berkisah untuk dunia komik di Indonesia,” kata Hafiz merujuk pada karya Hikmat.

Sedikit lebih dalam ada Tatang R. Bouqie yang menampilkan karya instalasi 'Kisah Sebutir Telur' di depan resepsionis hotel. Karya yang berangkat dari rumor tentang mahalnya harga telur itu mengingatkan pada cerita Tatang di masa kecil. “Karya Tatang selalu komikal, ini kisah masa lalunya Mas Tatang karena kondisi ekonominya harus membagi satu telur untuk berenam dan jadi satu kemewahan,” kata Hafiz. 

Selain itu ada Annisa Rizkiana yang menghadirkan dunia zine dan komik. Zine yang dikenal sebagai media cetak alternatif banyak bertebaran di berbagai event maupun media kampus. Perkembangan zine kian menjamur bahkan beberapa di antaranya konsisten menggarap zine sebagai karya seni.

Annisa berkisah saat delapan tahun lalu seorang musisi punk yang juga temannya menawarkan ide agar ia mulai membuat zine. Dari sanalah dirinya mulai ngulik dan observasi. Ketika dia mulai mengambil kertas lalu melipat-lipat bentuknya seperti halaman kecil, Annisa pun mulai kepincut. “Zine itu kan juga dibubuhi tulisan pendek yang ada narasinya,” lanjutnya. 

Di sisi lainnya ada Arin Sunaryo yang mengembangkan karya dari seri debu vulkanik Gunung Merapi. Material debu gunung api ini merupakan identitasi yang tak bisa lepas dari dirinya. Sementara di sampingnya ada Zico Albaiquni. Lewat 'fiksi' yang diciptakan, ia mengandaikan sejarah yang seandainya dasar negara kita berubah. “Saya bikin maket Monas yang asalnya simbolik sekarang jadi fungsional,” kata Zico menjelaskan karya selanjutnya.

ICAD 2018 ini berkolaborasi dengan para pelaku kreatif dari berbagai disiplin ilmu. Sebanyak 50 karya pelaku kreatif yang meliputi Irawan Karseno (pelukis), Ruby Roesly (arsitek), Tatang Ramadhan (perancang grafis), Joshua Simandjuntak (desainer produk), White Shoes and The Couples Company (pemusik), PM Toh (penyair), dan masih banyak lagi. Acara ini terselenggara untuk publik hingga 30 November mendatang. 


0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page