top of page
  • Vicharius DJ

“Bukti di Balik Keraguan” Cara Anak Muda Mendobrak Batasan


Anak-anak muda yang awalnya memiliki keraguan kini mencoba mendobrak segala batasan yang selama ini mengungkungnya lewat karya seni gemilang. Seperti yang disuguhkan oleh fotografer otodidak, Satria Lingga, pada pameran seni visual di Komunitas Salihara. Melalui karyanya yang berjudul “Bukti di Balik Keraguan”, Satria menampilkan instalasi fotografi sederet tokoh yang awalnya memiliki keraguan namun kemudian dapat meraih sukses dalam perjalanan kehidupannya. Berjalan memasuki ruangan pameran, khalayak akan disuguhkan deretan foto sejumlah tokoh yang sudah tak asing lagi di mata seperti, Petra Sihombing (penyanyi), William Ghozali (chef), Alain Goenawan (konten kreator), Teddy Adhitya (penyanyi) bahkan adapula foto wajah Satria Lingga sendiri yang menarik pandangan karena ekspresinya ajaib. Uniknya, pada masing-masing foto terdapat audio rekaman suara masing-masing objek foto. Isi rekaman bercerita mengenai kisah perjalanan karier mereka yang tadinya diragukan banyak orang, juga oleh diri mereka sendiri. Mereka akhirnya membuktikan bahwa mereka bisa menciptakan karya yang dikenal masyarakat. Intisarinya, sebuah kesuksesan yang berawal dari keraguan. 

Berjalan pelan menyusuri setiap foto tokoh membuat pengunjung pameran bisa menikmati sajian lengkap sebuah seni. Tak hanya memamerkan keindahan seni fotografi, pada pameran fotografer kelahiran 18 September 1993 ini juga terdapat ‘dinding kesaksian’ yang berisi catatan keraguan banyak orang. Kemudian menunjukkan pesan si pemilik catatan itu telah bangkit untuk melawan keraguannya dan mewujudkannya. Pada acara pameran ini juga diselenggarakan talkshow bertema “Berdamai dengan Keraguan” yang menampilkan pembicara antara lain Rizky Firdaus Witjaksana alias Uus dan dua musisi muda Vira Talisa dan Baskara Putra. Sama seperti Satria mereka bercerita tentang perjalanan mereka melawan keraguan dan bagaimana mereka memotivasi diri sendiri untuk terus maju. Uus bercerita untuk menciptakan karya kita harus berpikir positif dan berdamai dengan keraguan yang ada. Jangan pernah menghiraukan pandangan negatif orang lain yang meremehkan karya kita. “Yang penting lo kerjain apa yang mau lo kerjain. Buat apa ragu? Karena lo takut tidak berhasil? Ketika lo gagal, lo nggak akan mati, kan masih ada hari esok,” ujar Uus. Pandangan serupa juga disampaikan Vira, ketika ada hasrat untuk berkarya maka cobalah tanpa larut dalam rasa takut. Keraguan adalah hal yang manusiawi dan selalu ada dalam prose berkarya. Percaya diri menjadi kunci untuk mendobrak segala batasan dan rasa takut gagal. 

Kepercayaan diri inilah yang dimiliki oleh Satria Lingga dalam menapaki kariernya. Bermula dari putus sekolah, Satria bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan retail. Uang yang dikumpulkan ditabung untuk membeli sebuah kamera dan laptop. Dari situ ia mendalami fotografi bermodalkan pengetahuan dari buku dan internet. Ilmunya makin terasah dengan keaktifannya di media sosial. “Jadi apa yang gue beli harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dari situ gue ketemu teman-teman baru. Teman-teman fotografer dan gue belajar dari mereka,” kata Satria. 

Jam terbangnya makin bertambah ketika bekerja di sebuah coffeeshop sebagai staf media sosial dan fotografer. Dia juga mendapat kesempatan menjadi fotografer panggung bagi banyak artis. Ia pun sempat ditunjuk menjadi “still fotografer” di beberapa film layar lebar seperti Filosofi Kopi 2, Love for Sale, hingga film Korea, Revenger. Hingga akhirnya menjadi brand ambassador lensa Sigma. Kisah Satria menjadi bukti bahwa sederetan keraguan yang ia alami dapat menjadi jalan baginya menuju pintu kesuksesan. Di balik itu justu menjadi semangat untuk membuktikan diri. Ia juga terus berharap dapat bertahan dengan idealisme tanpa melupakan realita di sekeliling. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page