top of page
  • Vicharius DJ

Transformasi Seni Kontemporer Jelang Reformasi 1998


Kritis, satir, dan pedas. Itulah bahasa yang terkesan muncul saat pertama kali memandang karya seni milik kelompok seniman asal Yogyakarta, Taring Padi. Hingga kini mereka terbilang cukup konsisten ketika memproduksi sebuah karya. Pembelaan terhadap kelompok masyarakat tertindas selalu menjadi topik utama sajiannya. Di era menjelang reformasi politik 1998, karya seperti itulah yang populer di mata publik. Memori itu ingin kembali diingat pasca 21 tahun peristiwa bersejarah tersebut. Sebab memang harus diakui bahwa peristiwa reformasi turut serta memberikan pengaruh pada perkembangan seni kontemporer Indonesia. Oleh Museum MACAN, momentum bulan Mei sebagai perayaan reformasi dijadikan pengingat melalui sebuah pameran bertajuk, Dunia dalam Berita. 

Anda yang merasakan era 1990-an pasti familiar dengan istilah itu. Ya, tajuk eksibisi Dunia dalam Berita memang terinspirasi dari program berita populer yang tayang di TVRI sejak 1973 silam. Menurut Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto pameran ini merupakan cara para perupa melihat dunia lewat pemberitaan dan media massa. Museum MACAN mengundang 10 perupa kontemporer untuk menjadi pameris. Di antaranya adalah Agus Suwage, FX Harsono, Heri Dono, I GAK Murniasih, I Nyoman Masriadi, Krisna Murti, Mella Jaarsma, S. Teddy D, Taring Padi, dan Tisna Sanjaya. 

Pameran ini bakal berpusat pada dua peristiwa penting bagi perkembangan seni kontemporer Tanah Air. Yakni dampak transisi dari era Orde Baru ke Reformasi pada sekelompok perupa antara tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Serta pengaruh kultur pop global di Indonesia, yang muncul dari demokratisasi media dan visual. “Reformasi memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan kebebasan berekspresi, transformasi lanskap media massa, dan ekspresi artistik. Peristiwa tersebut membuka kesempatan yang lebih luas bagi para perupa untuk mengakses informasi dan memfasilitasi cara-cara baru untuk mengekspresikan ide kepada publik,” ujarnya. 

Selain karya Taring Padi, perupa Mella Jaarsma dan I GAK Murniasih menawarkan karya yang mengeksplorasi tubuh dalam konteks politis dan gender. Bagi mereka karya itu mewakili identitas politik dalam kritik budaya. Heri Dono pun bakal menginterpretasikan ulang visual tradisional untuk membahas isu sosial dan relasi kekuasaan dalam panggung politik nasional. Dalam karya-karya perupa lainnya I Nyoman Masriadi, S. Teddy D., Agus Suwage dan Tisna Sanjaya, teks dan visual populer muncul dalam gaya satir yang mengandung komentar kritis seputar peristiwa dan fenomena sosial. Sementara Perupa FX Harsono dan Krisna Murti menggunakan visual dari media massa (seperti iklan dan berita) untuk memaknai kembali situasi politis dan sosial pada masa itu. Terbilang cukup panjang, pameran Dunia dalam Berita berlangsung hingga 21 Juli 2019. 

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page