top of page
  • Vicharius DJ

Bermain dan Berkesenian di Dunia Anak


Pernahkah Anda mendengar anekdot, masa kecil kurang bahagia! Ungkapan itu seringkali muncul manakala ada orang dewasa yang bertingkat layaknya seorang anak kecil yang senang bermain. Ya, ungkapan itu memang sekedar candaan namun jika dipikirkan lebih dalam, bermain memanglah sebuah keniscayaan bagi anak-anak. Di usia inilah main seakan menjadi poros kehidupannya. Bermain bagi seorang anak sejatinya adalah belajar. Itulah saat yang tepat untuk mengembangkan segala pengetahuannya, termasuk ketika ia mulai menggemari seni. Inilah yang mendasari diselenggarakannya pameran seni rupa anak di Galeri Nasional, Jakarta. Tentu saja, agenda ini berkaitan dengan perayaan hari anak nasional yang jatuh pada 23 Juli lalu. 

Penyelenggara melakukan seleksi terbuka dan undangan sekaligus untuk mengumpulkan lebih dari 80-an karya seni. Di Galeri B terdapat 74 karya pilihan yang berhasil lolos. Uniknya, anak-anak yang ikut serta tak lagi menggambar pemandangan dua gunung, sawah, pohon kelapa serta matahari. Menurut kurator Asikin Hasan, para peserta pameran lebih mengeksplorasi hal lainnya. Inilah yang membuat karya mereka begitu diapresiasi. “Kalau kita lihat hasil kerja pameran, ini adalah gelombang ketiga seni rupa anak. Generasi sampai tahun 1980an selalu menggambar gunung, matahari, sawah, gunung dan saya menelusuri dari mana pengaruhnya? Ternyata itu dari MOOI Indie yang sebagian besar dipelopori pelukis asing yang tinggal di Nusantara," jelasnya. 

Dari situ, menurut Asikin, pengaruh penggambaran pemandangan sederhana itu merajalela. Di gelombang kedua seni rupa anak, ada banyak sanggar-sanggar yang bermunculan. “Open call ini bukan kompetisi, tapi melihat kecendrungan baru di seni rupa anak Indonesia. Kalau sekarang tak ada lagi gejala sawah, dua gunung, pohon kelapa, dan matahari. Sekarang lebih beragam," lanjutnya. Bila diperhatikan dengan seksama, di karya-karya yang dipajang hingga 23 Agustus 2019 itu lebih ragam, tak lagi sederhana, penuh makna, dan berbagai interpretasi ulang yang digoreskan anak-anak. 

Seperti di lukisan Hilang!!! karya Neptaliana Tjandra, ia tak hanya menggambarkan pepohonan dan sawah tapi ada dua lapisan. Di lukisan Harapan Sang Anak karya Kayla Rayzel Hidayat ada gagasan mimpi yang diungkapkannya. Karya unik lainnya adalah meja belajar yang menjadi media goresan bagi Rafi Rahmadani asal Cilacap, Jawa Tengah. Di atas meja sekolahnya ia berkreasi menggambar dan jadilah karya Gabut. Selain pameran, festival ini akan dimeriahkan dengan workshop hingga pemutaran film. Ada lukisan, multimedia, craft hingga aneka permainan yang mengajak anak-anak menggunakan daun, permainan tradisional Jepang sampai boardgames asal Jerman.  

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page