top of page
  • Vicharius DJ

Seni dalam Pusaran Kemajuan Teknologi


Setiap harinya masyarakat modern seakan tak pernah lepas dari gawai dan teknologinya. Setiap hari pula ragam fitur baru hadir di gawai mereka yang membuat seolah benda itu tak bisa lepas dari kehidupan. Itulah yang menginspirasi gelaran pameran dan festival Media Art Globale 2019 dengan tema Trans Human Code. 

Tahun ini merupakan kali pertama kalinya Connected Art Platform di Swiss dan Komunitas Salihara menggelarnya. Mereka berencana akan rutin menyelenggarakan acara serupa tiap dua tahun sekali. Sebanyak 16 seniman Indonesia dan mancanegara turut memeriahkan pameran tersebut. Mereka menghadirkan belasan karya-karya seni media terkini. Karya-karya para seniman ini menggabungkan antara seni, sains, dan teknologi. Setiap karya pun menggugah rasa ingin tahu pengunjung dan mengajak untuk men-scan QR Code yang ada di samping penjelasan karya. 

Creative Director Media Art Globale, Mona Liem, menuturkan ide mengenai pameran ini bermula dari berbagai aktivitas sehari-hari yang bersinggungan dengan gawai dan media sosial. Menurutnya, teknologi pun menjadi genderless. Lewat tema Trans human Code ia lontarkan karya ke-16 seniman untuk mengungkapkan keresahan di karya seni mereka. “Ketika melihat banyak orang di meja kafe dan restoran duduk berdampingan dengan gadget. Berbincang lewat media sosial tanpa berinteraksi. Apakah teknologi sudah bisa menggantikan peran manusia itu sendiri,” ujar Mona Liem. 

Sementara itu patron Komunitas Salihara, Goenawan Mohamad atau biasa disapa GM menceritakan ketertaikannya terhadap ide ini sejak awal bertemu dengan Mona Liem di Paris. Menurutnya pameran ini akan berbeda karena New Media adalah karya baru. “Salihara didirikan untuk hal-hal demikiran, kemarin saat ulang tahun Salihara yang ke-11. Waktu pertama peletakkan batu Salihara oleh Almarhum Ali Sadikin, tempat ini didedikasikan kepada beliau. Tempat ini memberikan alternatif untuk banyak galeri atau teater dan kami tidak berasumsi materialistis,” kata GM. 

Media Art Globale 2019 berlangsung pada 9 Agustus hingga 1 September 2018 di tiga tempat di Komunitas Salihara, yakni ruang teater, galeri, dan beberapa sudut Teater Anjung. Tak hanya memajang karya, Media Art Globale tidak hanya menyajikan pameran. Namun diiringi dengan program pendukung seperti simposium, bincang seni, dan lokakarya yang menghadirkan seniman, kolektor seni, hingga pakar teknologi dan sains. Seniman yang berpartisipasi di antaranya Boedi Widjaja (Singapura), Cynthia Delaney Suwito (Indonesia), Eduardo Kac (Brasil), Farhanaz Rupaidha (Indonesia), Jakob Kudsk Steensen (Denmark), Granular Synthesis (Austria-Jerman), Hysteria (Indonesia), Julian 'Togar' Abraham (Indonesia), Kinara Darma (Indonesia), hingga XXlab (Indonesia).     

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page