top of page
  • Vicharius DJ

Objek Seni Perempuan di Ruang Publik


Ada yang berbeda di kawasan Station MRT Istora Mandiri. Pada beberapa titik terlihat deretan karya seni dengan beragam figur dan simbol seakan ada pesan yang ingin disampaikan pada publik. Deretan karya visual yang terpampang di kaca stasiun itu adalah “ulah” seniman Patricia Untario. Banyak yang mengenalnya sebagai seniman kaca karena kerap kali menggunakan kaca sebagai medium gambar. Pada kaca stasiun itu, Patricia menampilkan objek rambut perempuan. Ada yang mengenakan hijab, rambut keriting, rambut lurus, maupun rambut pendek. Baginya, obyek itu mewakili karakter perempuan-perempuan Indonesia. “Kita semua bebas punya rambut. Punya hak untuk ekspresi diri kita. Jangan sampai jadi judgement, tidak perlu takut,” ujarnya. 

Teknik kesenian ini biasa dikenal dengan istilah light painting. Patricia sebenarnya tidak melukis langsung di atas kaca transparan namun menggunakan digital printing. “Saya memanfaatkan kaca transparan dengan teknik kaca patri. Dengan ini warna-warna akan bias dengan cahaya. Kadang-kadang akan ada pantulannya. Itu kan mantul-mantul juga, kalau siang kan cahaya menembus lewat karya tersebut,” jelasnya. Kehadiran karya miliknya di ruang publik bukanlah kebetulan. Patricia merupakan satu dari 10 seniman perempuan yang diminta memajang karya mereka di 21 titik halte dan MRT sepanjang jalan Sudirman. Ke sepuluh seniman ini mengusung tema, Perempuan Bicara Seni dalam perayaan Jakarta Art Week yang digelar untuk pertama kali. 

Selain Patricia, ada nama Hanggita Dewi, Theresia Sitompul, Dian Suci, Budi Asih, Cempaka Surakusumah, Kalya Risangdaru, Maharani Mancanegara, Ajeng Martia Saputri, dan Sanchia. Nama mereka diseleksi berdasarkan kredibilitas, karakter, jejak kekaryaan, nilai karya untuk publik hingga karya yang mudah dicerna. Sebagian besar karya tersebut menggunakan warna cerah untuk visual yang menarik. Ada seniman Dian Suci yang memiliki konsep tentang Drupadi, karya Sanchia yang khas komik tentang rambut perempuan hingga Kalya Risangdaru yang menampilkan rambut sebagai identitas perempuan dengan penampilan rambut mengembang. 

Pada akhir Agustus lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membuka gelaran Jakarta Art Week 2019. Ia menyampaikan sambutan tentang ruang ekspresi seni dan budaya yang terus bertambah di Ibu Kota. “Kita ingin Jakarta menjadi ruang interaksi. Ada ruang pertama di rumah, ruang kedua di tempat kerja. Dan di antara rumah dan tempat kerja, ada ruang ketiga,” tutur Anies. Ruang ketiga harus memberikan pengalaman bagi warga Jakarta. Bukan menjadi perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan pulang saja. “Ada tangan kreatif yang mengubah ruang ketiga. Bukan jadi tempat normal, tapi ruang yang penuh pengalaman. Kita berharap jadi pengalaman baru bagi warga Jakarta ketika berinteraksi dari satu tempat ke tempat lainnya,” ujarnya. 

Bagi publik yang ingin menikmati Jakarta Art Week 2019, karyanya dipajang di 21 titik. Mulai halte Ratu Plaza, halte Mendikbud, 3 halte Istora Senayan, halte Benhil, halte Meridien, halte sebelum Sahid, halte Menara Astra, halte Davinci, halte UOB, halte Bumiputra, halte Mayapada Tower 2, halte Plaza Sentral, halte Atmajaya, halte Polda Metro Jaya, halte Niaga Tower, halte Sumitmas, serta halte seberang Ratu Plaza. Karya-karya para seniman ini dapat dinikmati hingga 15 September 2019.     

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page