top of page
  • Vicharius DJ

Objek Visual yang Jadi Medium Introspeksi


Ada sebuah perspektif yang mungkin diyakini hampir semua seniman. Ia adalah keyakinan bahwa manusia bisa melihat sebuah lintas ke masa lalu. Tidak berdiri sendiri namun melalui material yang saling terikat. Saat itulah manusia akan melihat ke belakang dan menelusuri lagi perjalanan hidup yang telah mereka lewati. Ini pula yang rasanya dialami para seniman. Ketika menuju puncak kekaryaan, mereka sesekali menengok ke memori masa lalu. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana dan bagaimana lagi melanjutkan pekerjaan seninya. Tak sembarang menengok ke belakang. Para seniman membutuhkan keterampilan introspektif untuk benar-benar melihat ke dalam yang ternyata cukup menakutkan. 

Empat seniman yang terdiri dari Haguri Sato, Maharani Mancanegara, Cinanti Astria Johansjah, dan Cecilia Patricia Untario mencoba untuk menelusuri kembali perjalanan mereka dan mengekspresikannya dalam media material. Mudahnya begini, mereka berempat melahirkan karya dari potongan atau bahkan seluruh perjalanan karya sebelumnya atau cara mereka berkarya. Ke empatnya bergabung dalam pameran bersama dengan tajuk, Retrospektif, Repose, Redefine. Dalam konteks seni, melihat kembali perjalanan yang sudah dilalui dipercaya bisa menjadi inspirasi gaya baru untuk diekspresikan dalam karya selanjutnya. Sepanjang proses pencarian ide dan gagasan, introspeksi diri menjadi sebuah evaluasi terbaik untuk menciptakan karya lebih baik. Bertempat di Dia.Lo.Gue Artspace, Jakarta Selatan, ke empatnya berupaya mengajak kita merasakan makna dari tiap material seni yang digunakan. 

Ekspresi para seniman pun beragam, mulai pengembangan obyek di atas kanvas, pecahan kaca, kain, hingga kayu bisa menjadi aplikasi introspeksi diri. Secara garis besar, gambaran hewan menjadi salah satu cara terbaik mereka dalam berekspresi, sehingga mulai Cinanti hingga Haguri Sato menawarkan visualisasi introspeksi berbeda namun terikat yang memiliki segudang makna dan perspektif. Beberapa obyek juga membawa pesan sentimental tersendiri. Seperti halnya lukisan hewan yang digarap oleh Cinanti. Dengan menghadirkan hewan apa adanya, dengan bagian mata setiap hewannya tertutup, ia dengan sengaja memberikan sebuah pertanyaan apakah kita dapat melihat hal-hal sebagaimana adanya dan bukan bagaimana kita ingin melihatnya. Berbeda dengan yang dilakukan Cinanti, Patricia membawa kesederhanaan karya melalui material potongan kaca yang menciptakan refleksi cahaya secara abstrak. Sedangkan Maharani Mancanegara mengedepankan unsur kain dan kayu yang bercerita tentang kehidupan di permukaan dan di bawah permukaan laut. Lain lagi dengan Haguri Sato yang menjadikan kayu dan biota laut sebagai wadah luapan emosionalnya. 

Melakukan introspeksi diri dalam karya menjadi pengalaman baru dalam memperbaiki hal yang telah kita lakukan. Pada pameran ini, melalui material-material yang saling terikat, para seniman berupaya membawa pengunjung kepada jalan hidup baru yang lebih baik. Seperti yang terjadi pada kehidupan secara umum, dimana segala sesuatu tampak berlalu dengan cepat, pameran ini merupakan upaya untuk memperlambat dan berhubungan kembali dengan keyakinan dan minat masing-masing seniman. Lewat kumpulan beragam introspeksi diri yang dituangkan dalam elemen dan material berbeda, pengunjung diajak untuk mengevaluasi kembali kehidupan agar lebih bermakna, serta mendefinisikan kembali diri dalam masing-masing perannya. Pameran ini masih terbuka untuk publik hingga 20 September mendatang.     

#dialogue

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page