top of page
  • Vicharius DJ

Merayakan Satu Dekade Batik di Pentas Dunia


Sebelum mendunia, batik pernah mengalami masa suram. Dianggap remeh oleh bangsa sendiri. Saat itu batik seakan tak memiliki nilai budaya sedikit pun. Keberadaannya dianggap tak memiliki beda dengan jenis kain lain. Mungkin saat itu batik terlalu diformalkan oleh institusi resmi atau lembaga pemerintah. Batik dibuat terbatas hingga nilai kreasinya pun tak dapat dipandang lebih jauh lagi. Namun masa-masa suram itu sudah berlalu. Perlahan namun pasti publik makin gemar dan bangga terhadap warisan nusantara ini. Kreasi batik pun makin digali lebih dalam hingga akhirnya masyarakat dunia ikut memberikan pengakuan pada batik. Satu dekade lalu, UNESCO secara resmi menyatakan batik sebagai salah satu warisan dunia. 

Pengakuan ini membuat batik kian tenar. Batik mulai naik ke panggung dunia dan menjadi ciri khas produk seni dan kebudayaan dari Indonesia. Untuk merayakannya, SQ Res dan Museum Tekstil Jakarta menyelenggarakan acara yang bertajuk 'Batik dan Wastran Indonesia' dalam rangka memperingati 10 tahun pengakuan Unesco terhadap batik sebagai warisan dunia. Selain itu, acara ini pun merupakan komitmen mendukung kelestrarian budaaya, kesenian, dan kerajinan Indonesia. “Sangat penting untuk kita mencintai kain tradisioanal Indonesia,” ujar Direktur Pemasaran Korporat Intiland, Susan Pranata di SQ Res Gallery. 

Kepala Unit Pengelola Museum Seni Jakarta sekaligus ketua panitia penyelenggara kegiatan ini berharap melalui kegiatan ini masyarakat lebih mengenal Museum Tekstil Jakarta. Masyarakat bisa langsung ke museum yang terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat tersebut. Kegiatan ini digelar selama tiga hari 25-27 Oktober 2019.Beragam acara yang akan dihadirkan, diantaranya bazar batik yang memberikan banyak variasi pilihan batik dengan kualitas terbaik para pengerajin lokal. Pameran batik dan tekstil karya dua Maestro Batik Go Tik Swan dan Iwan Tirta juga turut hadir meramaikan acara tersebut. Selain pameran juga akan dimeriahkan dengan gelar wicara dengan berbagai topik.Workshop Batik Simbut oleh Museum Tekstil, serta demo kain oleh RIMPU. 

Tak hanya di Museum Tekstil, pada gelaran Jakarta Fashion Week 2020 pun batik tak luput dari perhatian. Neneng Raharja, pegiat pelestarian budaya nasional menceritakan kisahnya kala pertama kali jatuh cinta dengan kain nusantara, termasuk batik. Sebelumnya, Neneng menanggap kain batik sebagai produk kampungan. Baginya batik tak ubahnya seperti daster. “Jangankan batik, saya nggak suka bahan-bahan (kain) Indonesia, sorry. Jadi, dulu saya sangat sombong dan hanya pakai merek-merek global dari kepala sampai kaki,” tuturnya. Kain tradisional, termasuk batik merupakan salah satu warisan nusantara yang memiliki daya pikat tersendiri. Bahkan, mereka bisa membuat orang yang awalnya tidak suka, menjadi tergila-gila. Neneng lalu mulai mendirikan Jaga Wastra, sebuah komunitas yang giat dalam pelestarian budaya Indonesia dan penyedia kain tradisional.     

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page