- Vicharius DJ
Refleksi Pribadi di Ruang Publik
Pupuk Daru Purnomo atau yang lebih dikenal dengan Pupuk DP kembali hadir lewat pameran tunggalnya bertajuk Kerak Residu di Bentara Budaya Jakarta. Pameran tersebut sudah dibuka untuk publik sejak akhir November lalu dan masih bisa dikunjungi hingga 7 Desember mendatang. Kali ini Pupuk DP hadir melalui karya yang dibuat dengan Teknik campuran lukisan dan benda-benda tiga dimensi seperti boneka. Ada sebuah penggambaran narasi dan kesan personal yang muncul dari setiap karya Pupuk. Sangat ekspresif. Pupuk DP melakukan refleksi mendalam atas keadaan dan situasi hidupnya dan menerjemahkan itu dalam tiap karya.

Kerak Residu ini menjadi salah satu pameran tunggalnya yang unik. Sebab, pameran ini menampilkan potret diri Pupuk melalui bentuk-bentuk penggambaran boneka manusia. Pupuk memamerkan beragam karya seni rupa. Salah satu karyanya yang menarik perhatian berjudul Potret Diri Bagai Vampir. Dalam karya ini boneka vampir di dalam kaca yang ditampilkan berdiri memakai jubah dan memakai infus berwarna merah yang diasosiasikan dengan darah. Di sampingnya terdapat kantong infus yang diletakkan menggantung di tiang infus. “Pupuk merasa jiwa dan pikirannya demikian kompleks, penuh endapan ingatan, dan sebaiknya ia bagikan kepada orang banyak,” kata kurator Suwarno Wisetromo.

Karya seni yang dibuat oleh Pupuk rasanya bukan berdasarkan apa yang ia lihat dengan mata, melainkan apa yang dirasakan. Ini dapat dilihat melalui karya Potret Diri di Studio. Dalam karya tersebut, terdapat boneka sedang duduk di lantai sembari memegang kuas. Di sampingnya terdapat lukisan wajah dalam miniatur kanvas. Selain itu, karya berjudul Sampai Maut Memisahkan menampilkan sepasang boneka dalam etalase kaca. Sepasang boneka itu memakai baju pengantin bernuansa hitam. Boneka perempuan duduk di kursi, sedangkan yang laki-laki digendong di pangkuannya.

Pada salah satu karyanya yang berjudul Imajinasiku terdapat pula sosok yang cukup mengerikan. Dalam karya ini terdapat boneka berdiri di atas tumpukan buku di kursi. Wajah sosok ini memiliki taring dan bagian atasnya terdapat dua buah tanduk. Di depannya terdapat jeruji besi yang menghalangi. “Karya-karya Pupuk, seperti pengakuannya, adalah tentang kejanggalan yang canggung. Maksudnya, suatu karya yang digubah dari titik berangkat persoalan yang janggal, keputusan yang janggal, juga jalan keluar yang janggal. Pupuk ulang-alik dari situasi lampau ke situasi kini dan mengolah menjadi jalan keluar, sekaligus menyodorkan masalah baru,” terang Suwarno. Pupuk Daru Purnomo, lahir di Yogyakarta tahun 1964. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta pada tahun 1994. Telah aktif berpameran baik tunggal maupun kolektif sejak tahun 1993. Tahun 2018, ia berkesempatan melakukan pameran di Mizuma Gallery Singapura. Pernah mengikuti residensi seniman di India-ASEAN Artists’ Residency “Merging Metaphors“ di Darjeeling India tahun 2012.

Mereka yang telah mengikuti karir artistik Pupuk menyukai lukisannya karena penggambaran mereka yang ringan tentang orang-orang di kota asalnya, Yogyakarta, dan sudut-sudutnya yang kurang dikenal. Sapuan kuas Pupuk sangat khas dan seperti tak berubah. Warna-warna kuat dikombinasikan dengan media tiga dimensi hingga membentuk dimensi baru. Karya lukisnya bisa dibilang merupakan penghargaan atas sebuah kesederhanaan. Inilah yang dicari para penggemar dan kolektor karyanya.