top of page
  • Vicharius DJ

ArtMoments Jakarta, Momentum Bagi Kolektor Muda

ArtMoments Jakarta baru saja digelar selama dua hari kemarin di Grand Jakarta Gandaria City Hotel dengan mengambil tema, Embrace Moments: Continually Art. Pasar seni rupa seperti ini jadi hal yang paling ditunggu khususnya bagi generasi muda. Sendy Widjaja, Co-Founder dan Fair Director of ArtMoments Jakarta mengamati bahwa ada semacam shifting dari kolektor senior ke kolektor baru yang terjadi belakangan ini. Tren yang berlangsung dari tiga tahun lalu itu terus terjadi hingga sekarang.


“Kami melihat ada kenaikan pembeli dari generasi Z dan generasi milenial. Mereka kan terus tumbuh juga dan income bertambah. Mereka berada di usia mulai beli rumah atau beli apartemen, sehingga kita bisa melihat ada karya-karya seni yang mulai masuk ke hunian mereka,” ungkap Sendy.

Generasi muda, kata Sendy, cenderung memiliki tingkat pendidikan lebih baik dibanding generasi pendahulunya. Hal ini juga ikut mengubah mereka menjadi punya tingkat apresiasi seni yang lebih baik lagi. Jika sebelumnya kolektor seni itu sangat tersegmentasi, kini angkanya bisa dibilang terus melebar. Terlebih, saat ini seni juga makin mudah dijumpai ke dalam berbagai medium. Tidak hanya di kanvas, tetapi juga di-print, mainan, fesyen, buku, dan masih banyak lagi.


Salah satu seniman yang ikut hadir dalam pameran ArtMoments Jakarta adalah Arkiv Vilmansa yang menampilkan patung setinggi 3,5 meter, hasil kolaborasi G3N Project x Museum of Toys. Perupa yang awalnya berprofesi sebagai arsitek itu dianggap mampu memadukan antara dimensi warna yang halus dan dimensi ruang yang ada.

Karya Arkiv itu pun sudah laku terjual sebelum gelaran ArtMoments Jakarta. Ia mengatakan bahwa pangsa pasar seni di Indonesia mulai melebar saat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Saat itu, mulai banyak anak muda yang mencintai dan mengapresiasi seni secara lebih banyak.


“Hal ini tentu jadi kabar bagus ya. Biar ekosistemnya bisa berjalan dengan baik dan kita bisa terus berkarya. Perubahannya cukup besar, ya,” ungkapnya.


Sementara itu seniman Eko Nugroho juga mengatakan bahwa pasar seni di Indonesia terus berjalan dinamis. Regenerasi kolektor pun terus terjadi, bahkan ketika pandemi Covid-19, muncul banyak kolektor dari generasi muda.Namun, sekarang saat dunia telah kembali normal, optimisme pertumbuhan itu masih terasa. Menurut seniman asal Yogyakarta ini, apresiasi seni di Indonesia semakin meningkat.

“Pemicu munculnya kolektor muda ini bisa dari keluarga. Namun, ada juga semacam keunikan dari generasi tersebut dalam memandang seni,” ujar Eko.


Eko melihat setiap generasi pasti punya preferensi dan cara melihat seni dengan caranya sendiri, begitu pula generasi muda sekarang. Mereka disebut Eko menyukai seni dengan unik. Terkadang, latar belakangnya hanya atas dasar suka dan tak ada tendensi historis atau hal lain.


Dengan demikian, hal ini pun membuat pasar seni jadi makin dinamis dan tak mudah ditebak ke depan. Terlebih presentasi seni juga mulai beragam dan merambah ke ranah digital.

Dari segi pengunjung ArtMoments Jakarta terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tidak hanya dari segi kunjungan, bahkan nilai transaksinya juga terus membesar setiap tahun. Selain karena bertumbuhnya kolektor baru, Sendy melihat hal ini juga terjadi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih baik dibanding pertumbuhan ekonomi global. Pihaknya sendiri menargetkan selama tiga hari penyelenggaraan, nilai transaksinya bisa mencapai Rp 80 miliar.


Meski sudah cukup baik dan terus berkembang, Sendy melihat pasar seni di Indonesia masih terus bisa bertumbuh. Sebab, menurutnya, saat ini jumlah kolektor seni di Indonesia masih sangat kecil dengan perkiraan 0,0001 persen. Dia berharap ke depan pertumbuhan kolektor bisa makin masif lagi. Seiring dengan banyaknya gelaran pameran, diharapkan pangsa pasar kolektor seni juga makin bertumbuh pesat.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page