- Vicharius DJ
Cumbanarasa Project dan Jalan Lain Berkesenian
Pandemi COVID-19 membuat pertemuan fisik dibatasi atau bahkan dilarang sama sekali. Padahal manusia memiliki sisi sebagai Homo Homini Socius, saling terikat, saling terkait, saling butuh manusia lain. Maka muncul adaptasi pada situasi ini, internet menjadi salah satu kunci. Namun, sebagaimana pandemi yang tak terduga, beragam spekulasi pun muncul.
Bagaimana jika internet yang menyelamatkan itu mendadak hilang? Jika itu benar terjadi, bagaimana wajah seni pertunjukan dalam menghadapinya? Adaptasi macam apa yang mungkin ditempuh?

Pertanyaan itu menjadi titik balik Komunitas Sakatoya di Kotagede merancang Cumbanarasa Project. “Berangkat dari pertanyaan tersebut kami menggagas sebuah proyek bernama Cumbanarasa Project. Yaitu proyek mandiri penerbitan seni pertunjukan ke dalam bentuk artefak fisik,” kata B.M. Anggana.
Istilah artefak fisik sendiri dipilih karena adanya kompleksitas pengkaryaan lintas batas. Cita-citanya ialah mengkonversi seni pertunjukan menjadi sesuatu yang bersifat collectable sehingga tak hanya selesai di ingatan.

“Harapannya penonton dapat mempersiapkan ruang dan waktunya secara lebih spesifik ketika hendak menikmati karya. Tenang dari distraksi sosial media dan sedikit lega dari ledakan data digital di dunia maya,” jelasnya.
Untuk terbitan pertama, Komunitas Sakatoya akan menyajikan sebuah digital intimate music perfomance berjudul Vulcrum - A Sonic Anthology karya Jenar Kidjing, seorang komposer musik teater dan pertunjukan.
Ada 11 nomor yang ditampilkan. Sebagian adalah yang memiliki sejarah kelahiran melalui rahim teater, sebagian lainnya adalah yang lahir mandiri. “Seluruhnya disarikan ulang dan hadir dalam satu rumah penceritaan baru, di mana aneka ria instrumentasi, ansamble dan compository mewujud dalam wajahnya masing-masing,” kata Jenar.

Gagasan Vulcrum juga ditafsirkan secara visual menjadi desain grafis yang diaplikasikan ke beberapa produk fisik. Vulcrum dalam Cumbanarasa mulai berproses pada 26-28 Juli mendatang dengan melibatkan 55 partisipan melalui undangan terbuka sebagai penonton. Akun Instagram Komunitas Sakatoya menjadi pintu bagi mereka yang ingin terlibat dalam Cumbanarasa Project.
“Para penonton tersebut wajib memberikan catatan bebas merespons Vulcrum. Catatan itu nantinya akan turut diterbitkan sebagai bagian dari artefak fisik Vulcrum,” tutupnya.