top of page
  • Vicharius DJ

Ekspresi Kegelisahan Perempuan dalam Bahasa Visual

Pos Bloc Jakarta bekerjasama dengan komunitas seni Artpora dan Amuba menggelar pameran kolektif bertajuk Marwah. Pameran ini menampilkan 78 karya perupa yang semuanya perempuan. Angka 78 merujuk pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Ragam karya yang tampil berupa karya seni dua dimensi dan tiga dimensi dari puluhan seniman.


Nama-nama sejumlah seniman yang karyanya dipacak di pameran tersebut di antaranya Nunung WS, Dolorosa Sinaga, Indah Arsyad, Theresia Agustina, Sekar Ayu Asmara, Vonny Ratna Indah, Ira Asriati, Golang Cempaka, dan masih banyak lagi.

Nama Marwah menurut kurator Anna Sungkar dipilih sebagai tajuk untuk menghormati martabat perempuan. Kurator sekaligus pegiat seni itu mengatakan sebagian besar karya yang dihadirkan merupakan karya perupa muda. Namun, ada juga beberapa seniman yang telah dikenal diajak untuk ikut berpartisipasi meramaikan pameran tersebut.

“Marwah dapat berbeda tafsirnya antara satu seniman dengan seniman lain. Hal inilah yang kemudian mewujud dalam berbagai bentuk ekspresi dan pesan yang ingin disampaikan dari setiap perupa,” katanya.


Revoluta S, founder Artpora mengatakan, pameran Marwah merupakan output dari kegelisahan perempuan dalam menyuarakan ekspresi lewat bahasa visual. Menurutnya perempuan memiliki peran di dalam masyarakat, baik ranah domestik atau lingkungan.


Disiapkan lebih dari setahun lamanya, pameran ini memang mencoba menghimpun karya para perempuan perupa. Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir tidak banyak eksibisi kolektif perempuan yang digelar dalam format besar.

“Ini bukan sekadar pameran biasa, para perempuan menampilkan ragam karya dengan berbagai media. Eksibisi ini digelar open call dan dikurasi dengan ketat lewat berbagai pertimbangan estetis,” kata Revoluta.


Pameran Marwah dapat dikatakan sebagai titik tolak baru perempuan perupa dalam menyuarakan kegelisahan mereka. Namun menurut jurnalis sekaligus kurator Carla Bianpoen bila ingin lebih dikenal mereka harus membicarakan sesuatu yang lebih besar.


Alih-alih mengangkat tema domestik atau wilayah personal, perempuan juga harus merespons isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan kata lain, mereka harus menempatkan inspirasi dan karya sesuai semangat zaman.

“Saya kira pameran ini bisa memicu ketertarikan perempuan untuk memerhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya, termasuk isu-isu yang terjadi dalam lanskap global,” katanya.


Sementara itu, perupa senior Nunung WS mengatakan, pameran Marwah bisa menjadi refleksi baru dalam melihat peran perempuan khususnya di dunia seni rupa. Seiring cairnya friksi gerakan kesetaraan gender, perupa perempuan saat ini, menurutnya memiliki peluang lebih untuk berkarya sesuai passion mereka.


Oleh karena itu, salah satu figur maestro lukisan abstrak itu berharap, pameran tersebut dapat memicu para perempuan lain untuk merdeka atas kehendak dan pikirannya. Para perupa tersebut juga bisa menjadi inspirasi untuk terus memaksimalkan momen estetis di atas berbagai medium karya.

“Pameran ini juga bisa dijadikan batu loncatan untuk eksibisi yang lebih baik sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki perempuan-perempuan perupa berbakat,” katanya.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page