top of page
  • Vicharius DJ

Filosofi Dua Sisi Simetris

Gogor Purwoko, seorang pelukis abstrak asal Lumajang, Jawa Timur tampaknya terinspirasi dari salah satu falsafah hidup, garis simetris yang memisahkan dua sisi. Meski keduanya berasal dari halaman yang sama namun tak selalu membentuk hal serupa. Saat pandemi Covid 19 menyerang, manusia mau tidak mau harus diapit situasi pelik antara memulai kenormalan baru sembari merenungi kehidupan yang sebelumnya.

 

Realitas itu menjadi inspirasi Gogor saat menyelenggarakan pameran tunggalnya bertajuk, “Tanda Pada Lipatan” di Galeri Nasional pada awal Maret kemarin. Pada seluruh karya yang ia tampilkan, Gogor menggunakan teknik lukis abstrak geometris yang dilipat secara simetris lalu menghasilkan efek visual jiplakkan yang tak terduga. Belasan karya tersebut dibagi Gogor dalam tiga ruang dengan spirit yang sama.

 

Pada ruang pertama, Gogor menampilkan karya hasil workshop dan performancenya. Salah satu karya yang mencolok perhatian adalah lukisan abstrak di atas kanvas besar memanjang yang berjudul "Sejatining Isi". Proses kreatifnya melibatkan sebuah kanvas seluas 145x700 sentimeter. Gogor menumpahkan cat berwarna oranye, kuning, coklat, hijau, dan merah secara abstrak di salah satu sisi. Setelah itu dia melipatnya menjadi empat bagian. Dua pasang lipatan itu kemudian menghasilkan karya yang menimbulkan elemen kejutan.

 

Pengunjung pameran diajak merasakan elemen ketidakterdugaan dari eksperimen dan keresahan Gogor yang khas saat melipat kanvas berlumur cat untuk kemudian dibuka dan menghasilkan sebuah kejutan. “Tanda dalam lipatan ini adalah bentuk penyampaian bahwa kita sudah luput dari 'lipatan' pandemi dan melanjutkan kehidupan. Efek dari lipatan ini merupakan kejutan atas apa yang terjadi setelah pandemi,” kata Gogor.

 

Sementara itu pada ruang kedua ia menampilkan karya yang terinspirasi dari wayang kulit dengan pendekatan abstrak geometris berdasarkan pengalaman spiritual dan budaya. Dia membagi dua kanvas yang dibentuk dari penggalan wayang seperti gelung dan sumping. Dua kanvas itu dilukis serupa tapi tak sama dengan bentuk-bentuk garis, lengkung, bulat, dan oval, serta bentuk terompet yang saling tumpang tindih.

 

Di ruang ketiga, Gogor memajang karya dengan tema “Jiwa dan Kebutuhan”. Terdapat lukisan wajah dirinya yang diciptakan dengan berbagai karakter, mulai dari bentuk realis, ekspresionis, hingga abstrak.

 

Karya seni Gogor juga didominasi oleh bentuk lingkaran. Menurut dia, lingkaran dimaknai sebagai perjalanan hidup yang berulang seperti rutinitas sehari-hari dari pagi bertemu pagi, dari rumah kembali ke rumah, dan sebagainya. Pola kehidupan yang terus berulang ini akan membawa manusia kembali ke titik yang sama, seperti lingkaran. “Tanpa sadar itu rutin kita lakukan. Artinya ada kecenderungan rutinitas yang bagi kita sulit untuk berubah, tanpa sadar kita ada di garis lingkaran itu. Nah ini juga terjadi pada karya yang sifatnya spontan seperti ini,” ucapnya.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page