top of page
  • Vicharius DJ

Geliat Museum MACAN di Dunia Seni di Tengah Pandemi

Museum MACAN Jakarta merupakan salah satu pusat kesenian di Jakarta yang terus bergeliat meski dalam kondisi pandemi. Kali ini mereka menampilkan koleksi-koleksi museumnya yang dipilih secara selektif. Pameran bertajuk Semesta dan Angan yang merupakan pilihan tim kuratorial bakal dipamerkan secara virtual dalam waktu dekat.


Dalam pameran itu terdapat karya-karya dari 7 seniman hasil koleksi museum yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya. Para seniman merespons realita di sekitarnya dan mengeksplorasi visi masa depan mereka.



Asri Winata, Asisten Kurator Museum MACAN dalam sesi pameran tur virtual, menuturkan karya seni yang ditampilkan berbeda ketimbang tahun 2017 lalu saat koleksi museum pertama kali dihadirkan.


“Kita semua mengalami periode yang menimbulkan banyak pertanyaan di rumah, bagaimana cara kita menghadapi pandemi. Setiap orang punya realita sendiri-sendiri. Banyak yang harus diam di rumah, dan ada juga yang tetap beraktivitas, muncullah ide seperti membayangkan multiverse ini,” tutur Asri.


Di dalam dunia semesta masing-masing, akhirnya muncullah kata 'multiverse'. Pameran ini, lanjut dia, mencoba membayangkan istilah multiverse yang di dalamnya ada semesta-semesta kecil. “Bagaimana pandangan atau pemikiran masing-masing perupa terhadap semesta itu sendiri,” katanya.



Para perupa berasal dari berbagai generasi dan banyak negara juga. Ternyata karya seni mereka merespons kondisi sosial dan budaya di era dan tempat tinggal masing-masing dan kondisinya relevan dengan kondisi kita sekarang ini. Semesta dan Angan menampilkan karya seni dari Olafur Eliasson, Keith Haring, Sigmar Polke, Barbara Kruger, Zai Kuning, Tisna Sanjaya, dan Bandu Darmawan.


Salah satu karya yang ditampilkan adalah Tisna Sanjaya. Karya instalasi perupa asal Bandung itu dibuat spesial khusus saat acara pembukaan Museum MACAN. “Karya ini merupakan saksi object dari performans Tisna Sanjaya yang berdurasi dua jam di tahun 2017. Kang Tisna menyusun 33 sajadah menggunakan bubuk arang dan merepresentasikan angka dalam zikir,” tuturnya.



Karya instalasi Tisna Sanjaya yang terdapat banyak rempah-rempah itu sengaja ditaburkan para pengunjung sampai menghasilkan siluet di atas sajadah. “Ada kayu manis, kunyit, pala, dan rempah-rempah lainnya yang merepresentasikan kekayaan alam dan keragaman budaya yang tersebar di kepulauan Indonesia,” tukas Asri Winata.


Sebelum pameran ini, Museum MACN sudah menyelenggarakan pameran lain yang masih berlangsung, hasil kerja samaKONNECTASEAN. Para seniman yang berpartisipasi di antaranya adalah Cian Dayrit (Filipina), Ho Rui An (Singapura), Kawita Vatanajyankur (Thailand), Saleh Husein (Indonesia), Lim Kok Yoong (Malaysia), Souliya Phoumivong (Laos), Maharani Mancanagara (Indonesia), Nge Lay (Myanmar), dan kolaborasi antara Tan Vatey dan Sinta Wibowo (Kamboja/ Belgia).

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page