- Vicharius DJ
Kirana dan Eksistensi Seni Indonesia di Tiongkok
Pandemi Covid-19 yang menyerah berbagai negara di belahan dunia diawali dari kota Wuhan, Tiongkok. Warga Indonesia yang bermukin di sana pasti tahu betul bagaimana rasanya diminta diam di rumah berbulan-bulan karena kewajiban karantina. Pun itu yang dirasakan seniman Indonesia yang berada di sana.
Selama hampir 10 bulan pameran seni dan kebudayaan menjadi terbatas. Namun kini mereka perlahan menunjukkan eksistensi lagi. Para seniman asal Indonesia di Tiongkok yang tergabung dalam Komunitas Seni Nusantara di Nanjing (Kirana) menggelar pameran seni rupa bertajuk The Reflection of 2020: New Normal-New Artmosphere.

“Tema yang sangat dekat dan relevan dengan apa yang terjadi saat ini muncul dari sebuah gagasan untuk menghidupkan kembali gairah seni yang sempat luntur,” kata Sekretaris Kirana, Amalia Nur Azizah dalam keterangan persnya.
Pameran itu digelar secara virtual pada 17 September-17 November 2020. Ia mengajak para seniman untuk merefleksikan ingar-bingar tahun 2020 dengan cara, ide dan kreasi baru, serta memberikan ruang kepada para seniman untuk terus berkarya di tengah keterbatasan karena pandemi.

“Tema ini terilhami dari kebiasaan baru masyarakat dalam menjalani kehidupan selama fase adaptasi normal sebagai masa transisi yang seharusnya diadopsi oleh para seniman untuk berani mendobrak keterbatasan ruang berkarya demi lestarinya seni dan budaya kita,” ujarnya.
Ia menyebutkan banyak festival dan pameran seni dibatalkan selama pandemi sehingga para seniman seakan kehilangan tempat untuk mempertontonkan karya-karyanya. Selama pameran, karya 35 seniman tersebut dapat dilihat di laman www.kiranaart.com dan kanal Youtube Kirana Artspace.
Karya-karya yang ditampilkan menggambarkan situasi tahun 2020, seperti karya dari salah satu seniman bernama Nafa Arinda. Melalui karyanya berjudul Bergeraklah!, Nafa merepresentasikan kesadarannya dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan menggunakan media keramik dan kayu yang menyerupai sendok.

Melalui karyanya itu pula, Nafa berpesan bahwa sebagai manusia, jika tetap bergerak, berpikir, menjaga kreativitas, dan memiliki solidaritas, maka dalam situasi apa pun manusia akan mampu menghadapinya.
Sementara Abimanyu melalui karya lukisnya berjudul Ja Dense Seul menyampaikan harapan bahwa setiap hari merupakan misteri yang semestinya tidak membuat orang putus asa dalam menjalani hidup.
“Karya-karya para seniman kita itu menunjukkan bahwa pandemi bukan alasan untuk berhenti berkarya. Justru saatnya membuktikan kepada dunia bahwa seni tidak akan mati karena virus. Seni akan selalu lahir dalam bentuk baru, selalu tumbuh dalam benih baru, selalu mekar dalam kondisi baru. Yang fana itu pandemi, karya seni itu abadi,” kata Amal.