top of page
  • Vicharius DJ

Membangun Diplomasi Budaya Lewat Kopi

Museum Nasional Jakarta menggelar pameran bertajuk “Kopi Togetherness” hingga 18 Desember mendatang. Kopi menjadi obyek utama yang dipamerkan dalam kegiatan ini. Ia dikemas layaknya sebuah festival dengan serangkaian program publik yang menawarkan pengetahuan, rekreasi dan selebrasi kopi nusantara bersama jejaring komunitas produsen, pengiat dan penggemar kopi.

 

Pameran Kopi Togetherness memuat beberapa sub-tema yang diekspresikan dalam tajuk Kopi Merdeka, Kopi Bumi, Kultur Kopi, Kopi Kini, dan Kopi Kita. Tema “Kopi Merdeka” tergambar lewat segmen pameran arsip, foto hingga berbagai artefak spesifik yang berkaitan dengan kopi. Wujudnya yaitu foto-foto yang menggambarkan aktivitas masyarakat di masa lalu dalam mengolah hingga menikmati kopi, pabrik pengolahan kopi dan banyak lagi bentuk dokumentasi menarik lainnya. Termasuk juga, foto Presiden Soekarno bersama Fatmawati menyeruput kopi saat menemani tamu negara.

 

Publik juga bisa membaca riwayat kopi mulai dari penemuannya di Ethiopia pada abad ke-6, menjadi komoditas di Arab pada abad ke-15, masa penanaman kopi secara masif di Jawa di masa VOC pada abad ke-17, hingga masa tanam paksa Hindia Belanda. Selain lini masa, juga dipresentasikan peta sebaran kopi di Indonesia berdasarkan variannya.

 

Kemudian, segmen tema lainnya, yaitu “Kopi Bumi”. Segmen ini menarasikan relasi kopi sebagai sumber daya agrikultural, sesuatu yang memberi sumbangsih dan keberlanjutan pada lingkungan, yang terus hidup lewat beragam upaya pemberdayaan oleh masyarakatnya. Sementara “Kultur Kopi” mengangkat berbagai aspek kebudayaan, sejarah dan kearifan lokal yang diciptakan di berbagai pelosok nusantara. Dan “Kopi Kita” dan “Kopi Kini” menghadirkan berbagai narasi keseharian, kreativitas dan kehidupan sosial yang terhubung oleh skena kopi Indonesia.

 

Keempat subtema tersebut dihadirkan lewat wujud yang lebih kekinian. Yaitu melalui rangkaian karya instalasi dalam beragam media ekspresi, dibuat oleh enam kolektif seniman yang diundang khusus untuk merespon tema Kopi Togetherness.

 

Seniman yang berpartisipasi di sini antara lain duo musisi elektronik Bottlesmoker, komunitas graffiti dan street art Mahavisual (featuring Stereoflow, Alphabad.xyz, Popo Mangu, Yessiow, dan Gardu House) kolektif arsitektur Ugahari, jejaring penggambar (sketchers) nusantara Indonesia Sketchers, jejaring aktivis kopi Komunitas Jenama Kopi (featuring Smesta, Popsiklus, Gunagoni, Debbybyday, Koleksi Karta, Craft Denim, Seniman), dan kelompok perupa dan seni pertunjukan Paguyuban Gegerboyo. 

 

Kopi Togetherness diinisiasi oleh Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek, dan merupakan bagian dari program kerjasama bilateral Indonesia dan Qatar, dalam agenda Qatar Year of Culture. Kolaborasi kedua negara dilakukan dalam bentuk saling-promosi kebudayaan, di mana kopi menjadi salah satu yang dipromosikan. Dan di tahun 2023, Indonesia akan menggelar pameran kopi selama enam bulan di Qatar.

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pameran kopi ini menjadi arena bagi publik untuk merayakan kebudayaan, di mana kopi turut andil di dalamnya. Kehidupan sosial, kepercayaan hingga ekspresi tradisional masyarakat banyak yang berjalin-kelindan dengan produk ataupun praktik menyeruput kopi.

 

“Kopi ini di Indonesia punya sejarah yang ada sisi tidak enaknya, karena tanam paksa itu pertama kali masuk tanamannya ya kopi itu. Jadi punya sejarah yang menyakitkan buat kita. Tapi yang luar biasa adalah sekarang ini dia justru menjadi sumber kebanggan kita, sumber kekuatan kita,” ungkap Hilmar.

 

Hilmar melanjutkan, semangat itulah yang hendak ditampilkan ke kancah internasional melalui kopi. Semangat yang menggambarkan daya kreatif masyarakat Indonesia, mengolah sesuatu yang begitu menyakitkan di masa lalu, menjadi sesuatu yang begitu membanggakan bahkan di kancah internasional.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page