- Vicharius DJ
Menangkap Tanda Zaman Lewat Visual Semar
Perkembangan Seni Rupa di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian oleh banyak negara di dunia. Budaya dan tradisi yang tersebar di penjuru Nusantara memiliki nilai dan keunikan tersendiri bagi para seniman untuk membuat konsep karya seni rupa. Seperti yang dilakukan oleh pelukis ekspresif Sohieb Toyaroja yang menggelar pameran tunggal Semar Ngruwat Jagad di dua kota, yakni Jakarta dan Yogyakarta.
Semar merupakan tokoh dalam pewayangan yang bermuara pada petuah jati diri yang luhur. Dalam pameran ini Semar digambarkan sedang melakukan ruwatan yaitu sebuah tradisi kuno yang masih eksis hingga hari ini, dan umumnya digunakan sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas dosa dan kesalahan yang membawa marabahaya kepada kehidupan di muka bumi ini.

Konsep pameran ini cukup dalam dan terkait dengan kondisi terkini melalui kebudayaan Jawa dengan karakter Semar sebagai wujud visualnya. Total 50 karya yang dipamerkan bersamaan di dua kota. Pameran ini diharapkan bisa memperkenalkan kembali karakter dengan nilai budaya yang bisa mewakili kehidupan manusia di zaman sekarang ini. Pandemi Covid-19 bukan sekadar wabah atau pageblug.
Dia adalah “sasmita” sekaligus tanda-tanda zaman bagi siapa saja yang peka terhadap spiritualitas batinnya masing-masing. Terkait hal itu pula, tergerak hati untuk melakukan ritual “ruwatan”, dalam wujud gelar lukis karya bertajuk Semar Ngruwat Jagad.
Dengan tetap mempertahankan nilai juang Indonesia melalui karakter semar kepada generasi muda dalam kondisi pandemi hari ini, pameran ini ingin mengenalkan ruwatan bukan hanya sebagai ritual namun juga sebagai suatu pembaharuan, pembersihan dan penyelesaian dalam suatu permasalahan yang ada.

Di Jakarta pameran dibuka oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) di Restoran Galeri Kunstkring, Menteng, Jakarta. Menurutnya karya tersebut adalah penegasan atas konsistensi dan kesetiaannya untuk memotret realita sosial dalam perspektif spiritualitas. Bamsoet menjelaskan eksistensi Sohieb sebagai seniman lukis beraliran realis-ekspresif Indonesia ditegaskan dengan ciri guratan penuh palet pada media kanvas, yang menyiratkan pesan mendalam dan muatan spiritual yang kental.
Menurutnya pameran lukisan tersebut juga melengkapi kesuksesan beberapa pameran Sohieb sebelumnya. Sebagaimana pada pameran bertajuk Ke-Diri, sosok Semar juga diangkat sebagai tokoh sentral pada pameran Semar Ngruwat Jagad. Dalam budaya Jawa, Semar dikenal sebagai sosok yang sangat kompleks dan multitafsir.
“Ia adalah representasi rakyat kecil yang mengabdikan diri dan menjadi pengasuh pimpinan negara. Di saat yang sama, secara hakikat ia adalah representasi dewa yang membumi dan berwujud manusia,” jelasnya.

Bamsoet menjelaskan meski Semar adalah sosok multitafsir, namun kehadirannya selalu merujuk pada satu muara, yakni keluhuran budi pekerti dan jatidiri. Di dunia pewayangan, Semar selalu menjadi faktor kunci dalam menghadirkan solusi atas krisis dan persoalan dan dengan keluhuran budi serta kemuliaannya, Semar senantiasa mampu memahami yang tersirat dibalik yang tersurat, serta peka membaca tanda-tanda zaman.
“Ini menjadi relevan dengan kondisi yang kita hadapi saat ini, di saat kita dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang telah menjadi wabah global yang berdampak pada segenap aspek kehidupan 7,7 miliar manusia penduduk dunia yang mengakibatkan 270-an juta jiwa positif COVID-19 dan menewaskan hampir 4 juta jiwa di seluruh dunia per Mei 2021 ini,” lanjutnya.