top of page
  • Vicharius DJ

Menengok Perjalanan Decenta di Panggung Seni Rupa Indonesia

Pada 1970an, Design Center Association atau yang lebih dikenal Decenta lahir dari inisiatif lima seniman. Mereka adalah Pirousm, Sidharta, Priyanto Sunarto, Sutanto, dan Sunaryo. Kelimanya saat itu merupakan mahasiswa sekaligus asisten pengajar Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.

 

Decenta lahir untuk memanifestasikan pencarian identitas artistik para anggotanya. Mereka menanamkan ragam tradisi nusantara untuk menjadi akar bagi perusahaan. Hingga kini Decenta memegang peranan penting dalam dunia desain dan seni rupa Indonesia.

 

Galeri Salihara ing mengenalkan sejarah dan kiprah kelompok ini melalui pameran bertajuk Daya Gaya Decenta yang dikuratori Chabib Duta Hapsoro dan Asikin Hasan. Pameran yang berlangsung pada 14 Mei-25 Juni 2023 tersebut akan menilik perjalanan Decenta sebagai biro desain dalam berbagai aspek seperti sejarah, kekaryaan anggotanya, kegiatan kolektif, serta pengaruh artistik dalam proyek-proyek pembangunan yang terjadi pada era Orde Baru.

 

Chabib Duta Hapsoro mengatakan bahwa sedari awal visi Decenta digagas untuk menjadi perusahaan desain dengan sebuah pilihan gaya yakni menjelajahi beraneka ragam tradisi Indonesia sebagai pokok soal maupun modus artistik untuk proyek-proyek perancangan.

 

Decenta menurutnya menjadi manifestasi pencarian identitas para pendirinya sebagai seniman Indonesia. Hal ini selaras dengan praktik kerja Decenta yang banyak menangani klien-klien dari lembaga negara. “Dalam kerja-kerja kreatifnya, Decenta menerapkan elemen dekoratif yang khas dari daerah lembaga yang menjadi mitra,” katanya.

 

Sebagai badan seni desain, Decenta memelopori teknik desain grafis yang disebut dengan istilah cetak saring. Pada awalnya, Decenta menggunakan teknik cetak saring untuk kepentingan komersial. Seiring berjalannya waktu, teknik tersebut hadir sebagai misi Decenta untuk mempromosikan seni grafis.

 

Teknik cetak saring Decenta juga memiliki karakteristik yang khas. Karya cetak saring Decenta pun banyak hadir dalam bentuk sampul poster, sampul buku, maupun karya yang bisa dijadikan elemen dekorasi.

 

Selain mengolah sejumlah ragam hias dalam karya-karya cetak saringnya, kelompok ini juga mengadopsi bentuk atau figur-figur yang berasal dari cerita rakyat dan ikon-ikon budaya populer Indonesia seperti yang dilakukan oleh T. Sutanto. Di samping dominan akan garis, cetak saring Sutanto pun tersusun atas “salin-tempel” citraan-citraan yang sangat beragam. Ciri khas cetak saring Sutanto juga ada pada kekayaan penggunaan warna.

 

Citraan-citraan yang hadir di dalam karyanya seringkali mengarah pada makna dan imajinasi yang jenaka, absurd dan sureal. Ini mewakili jalan berkeseniannya yang menjadi alternatif dari kecenderungan lirisisme pada seni rupa Indonesia 1970an serta menjadi sebentuk aspirasi politik yang khas pada zaman Orde Baru.

 

Chabib menjelaskan pameran ini akan menghadirkan arsip dokumentasi dan karya seni yang akan disusun ke dalam beberapa bagian. Dimulai dari memperlihatkan aspek kesejarahan berdirinya Decenta, bagaimana para anggotanya menggaungkan wacana identitas kebudayaan dan seni rupa Indonesia,  serta bagaimana Decenta hadir dalam distribusi dan pemasaran seni.

 

Tidak hanya hadir sebagai sebuah biro desain, Decenta juga memiliki sebuah galeri yang aktif menyelenggarakan pameran, diskusi dan lokakarya seni rupa. Dalam semangat pemasaran seni, galeri ini pun memiliki sebuah toko yang menjual tidak hanya karya seni melainkan juga karya kriya, perabotan dan reproduksi karya seni dalam bentuk kartu ucapan, poster dan lain sebagainya.

 

“Hal inilah yang membuat Decenta menjadi begitu berpengaruh dalam ekosistem seni rupa Indonesia dari 1970-an hingga 1980-an,” terang Chabib.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page