top of page
  • Vicharius DJ

Menggandeng Partisipasi Publik di Pameran Poros

Galeri Nasional kembali mengadakan pameran seni rupa koleksi nasional. Tahun ini tema yang diangkat adalah Poros dan merupakan pameran daring pertama dalam perjalanan pameran seni rupa koleksi nasional selama tiga tahun. Selama pameran berlangsung terdapat 29 karya seni yang terdiri dari 16 monumen atau patung publik, tiga miniature monument, empat make monumen, empat relief, satu mural, dan satu buah lukisan.

Seluruh karya itu disajikan dalam bentuk foto dan video dari berbagai sudut sampai didapatkan sudut pandang secara menyeluruh. Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto mengatakan Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional kali ini dikemas dengan formulasi yang berbeda dari dua pameran sebelumnya. “Baik dalam hal format, tema, pemilihan, dan presentasi karya, serta cara mengapresiasinya. Situasi dan kondisi pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan masyarakat,” ucap Pustanto.



Lebih unik lagi, pameran kali ini tak hanya menampilkan 29 karya seni ruang publik saja namun juga mengundang masyarakat untuk mengirimkan karya di sekitarnya. Hal tersebut diungkap saat pembukaan pameran seni rupa koleksi nasional yang digelar virtual pada 12 Agustus. “Kami mengundang masyarakat atau publik untuk mengirimkan foto, video, komentar tentang karya seni rupa yang berada di lingkungan sekitar mereka atau yang pernah ditemui," ucap Pustanto.

Karya partisipasi publik itu, lanjutnya, akan membantu menemukan karya koleksi nasional yang tersembunyi atau belum diketahui. “Galeri Nasional Indonesia sedang mengupayakan pendataan harta karun negara Indonesia khususnya karya-karya koleksi nasional dengan melibatkan partisipasi aktif dari publik,” sambungnya.



Ia berharap pameran ini dapat mendorong munculnya kesadaran tentang pentingnya mendata, menjaga, dan merawat karya-karya seni rupa koleksi negara atau koleksi nasional. Khususnya bagi lembaga atau instansi pemilik atau pengelola karya-karya tersebut.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, pun mengapresiasi karya para perupa yang berada di ruang publik. Menurutnya karya itu sangat penting dalam perannya membentuk identitas sebuah tempat. Hilmar Farid mencontohkan patung Dirgantara yang di dekade 1970-an disebut sebagai patung Seven Up. Bentuknya yang mirip dengan angka 7 dan simbol Seven Up itu pernah menjadi pembicaraan masyarakat.



Melalui pameran seni rupa koleksi nasional, pihaknya berharap bisa menghadirkan narasi yang utuh dan cara mengenalkan karya itu menjadi utuh. “Karya seni di ruang publik kebanyakan adalah cagar budaya, mengenalkan ulang, dan mengingatkan publik terhadap sejarah dan narasinya. Ini adalah satu langkah penting dan masih banyak urusan konservasi yang dilakukan,” kata Hilmar.

Program partisipasi publik telah dibuka pada 23 Juli dan bakal ditutup pada 27 Agustus 2021. Data-data yang masuk dari publik akan diseleksi oleh tim Galeri Nasional Indonesia. Nantinya, data yang lolos seleksi akan ditampilkan sebagai bagian dari materi pendukung pameran. Karya partisipasi publik bakal diunggah setiap minggu selama bulan Agustus 2021 di laman https://galnasonline.id/. Pameran ini melibatkan lima kurator yang terdiri dari Suwarno Wisetrotomo, Rizki A. Zaelani, Asikin Hasan, Bayu Genia Krishbie, dan Teguh Margono.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page