- Vicharius DJ
Menikmati Pemandangan Segar di Art Jakarta Gardens 2022
Bila pada pertengahan April lalu anda sempat berkunjung ke kawasan Gelora Bung Karno, Anda akan melihat dua tenda besar berukuran 20 x 20 meter yang menghiasi area. Di antara dua tenda tersebut, ada 25 patung yang 'berkeliaran' dan unjuk gigi di antara para pengunjung.

Di bagian depan, ada patung karya seniman muda Roby Dwi Antono berjudul An Ardent Yeaming yang dipresentasikan oleh Museum of Toys. Lalu karya Dwi Sasono yang dibawa oleh D Gallerie serta karya pematung senior I Nyoman Nuarta melalui patung Mencari Tuhan 5 yang berukuran raksasa. Karya seni itu merupakan bagian dari pemeran Art Jakarta Gardens 2022.
Layaknya oase setelah sempat vakum karena pandemi, tahun ini Art Jakarta Gardens hadir lebih inovatif di ruang semi-outdoor menggandeng 20 galeri seni dan puluhan seniman di Hutan Kota by Plataran, kawasan Gelora Bung Karno. Konsep yang segar dan terbaru ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia.

Tercatat nama-nama pematung hebat ikut meramaikan pameran itu seperti Dolorosa Sinaga, Nus Salomo, Afdahl, Gabriel Aries, Adi Gunawan, Eddi Prabandono, Iwan Suastika, Jompet Kuswidananto, Sunaryo, Uji Hahan Handoko, Wiyoga Muhardanto sampai perupa internasional yakni Aaron Taylor Kuffner dan Dusadee Huntrakul asal Thailand.
Direktur Artistik Art Jakarta, Enin Supriyanto mengatakan dalam Art Gardens 2022 kali ini memang memberikan perhatian khusus pada karya seni patung. Menurutnya konsep ini serasi dengan penempatan di tengah taman. “Kami mengundang 20 galeri seni rupa di Indonesia berada di dua tenda khusus untuk acara ini,” ungkap Enin.

Art Jakarta Gardens bisa terealisasi dengan semangat kerja sama dengan ekosistem seni rupa Indonesia. Acara ini juga sejalan dengan semangat G20 yakni 'recover together, recover stronger'. “Art Jakarta Gardens sebagai penanda kembalinya atau bangkitnya pameran seni di Indonesia. Semoga acara ini bisa memberikan kegembiraan bagi kita semua,” katanya.
Salah satu patung yang menarik perhatian adalah milik Roby Dwi Antono. Win Satrya dari Museum of Toys mengatakan patung ciptaan Dwi berhasil digaetnya di tengah padatnya waktu sang seniman. Patung lainnya yang menarik perhatian adalah milik Jompet Kuswidananto. Tak ingin menampilkan karya megah dalam sebuah art fair, karya seni instalasi perupa asal Yogyakarta itu justru memunculkan pertentangan antara simbol rumah kumuh (melalui material seng) dan piano yang ada di dalamnya.

Karya-karya Jompet jarang berada di outdoor. Ini pertama kalinya ditaruh di luar ruang. Jompet selalu berbicara tentang pertentangan antara perkumuhan kumuh dan piano yang rusak. Antara kemapanan dan traumatik.