top of page
  • Vicharius DJ

Merayakan Eksistensi 39 Tahun di Dunia Seni

Bentara Budaya merayakan eksistensinya selama 39 tahun dengan pameran bertajuk Dua Menguak Seni. Lembaga budaya tersebut menghadirkan karya seni dengan trimatra medium. Lukisan, keramik, dan foto. Dimulai dengan karya Affandi yang sontak menyita perhatian. Galur-galur gumpalan cat sekaligus sapuan jari seniman ekspresionis menggurat dalam tajuk Potret Diri. Kini lukisan sang maestro itu menjadi salah satu koleksi Bentara Budaya.

Karya yang lahir tahun 1981 itu menggambarkan Affandi sedang asyik mengisap cangklong. Paduan warna minim dengan akrilik kuning, coklat, dan hitam yang tak rata melumuri kanvas. Khas gaya pelukis yang kerap membubuhkan cat langsung dari tubenya itu. Anda mungkin mafhum jika Affandi langsung menatap wajahnya sendiri dengan cermin saat menghasilkan lukisan tersebut.


Wajah Affandi yang renta, sublim, tetapi juga teduh merefleksikan liku-liku riwayatnya dengan tempaan pergantian zaman. Demikian pula Bentara Budaya yang diresmikan pertama kali di Yogyakarta dan ikut menambah khazanah seni Tanah Air. Lembaga tersebut menggelar pameran koleksinya hingga 27 September 2021secara virtual di saluran Youtube Bentara Budaya.

Pameran itu sekaligus menjadi gerbang dari rangkaian program menuju empat dasawarsa Bentara Budaya pada 2022. Lukisan yang dipajang menganyam makna mengenai perjalanan hidup, kerja keras, dan kekeluargaan. Kebersamaan umpamanya, dihadirkan S Sudjojono dengan Gerilya yang dibuat pada tahun 1968.


Dengan cat minyak, pelukis legendaris itu menghidupkan celoteh sepasang bocah perempuan yang meningkahi obrolan empat orang dewasa berkerabat. Mereka bercengkerama di perbukitan dengan pepohonan yang rimbun. Itu seperti representasi Bentara Budaya. Selain kedekatan, digambarkan pula lewat perjuangan yang disimbolkan dengan gerilyawan.

”Di tengah wabah Covid-19 yang masih melanda, Bentara Budaya memperingati pertambahan usianya,” ujar Manajer Bentara Budaya Paulina Dinartisti.

Pergulatan telah dilalui lembaga tersebut mulai era Orde Baru, Reformasi, eskalasi politik beberapa tahun terakhir termasuk unjuk rasanya, hingga pandemi saat ini. Bentara Budaya juga berupaya menjalin keguyuban melalui persahabatan dengan banyak pihak untuk menggelar berbagai program. ”Banyak cara memaknai pertambahan usia baik individu maupun lembaga. Bagi lembaga budaya, 39 tahun bukan waktu yang singkat,” ucapnya.


Sederet pelukis ternama lain turut mewakilkan eksistensinya dalam koleksi Bentara Budaya ini, seperti Dullah, Barli Sasmitawinata, Popo Iskandar, Rudolf Bonnet, Sudjono Abdullah, Trisno Sumardjo, Trubus Sudarsono, Rustamadji, Tedja Suminar, Hendra Gunawan, Hendro Djasmoro, Basuki Resobowo, Djajeng Asmoro, dan Otto Suastika.

Bentara Budaya juga mengeluarkan koleksi keramiknya yang tak lekang ditelan waktu. Tempayan, gentong, dan figurin dari tanah liat terlihat masih terawat sangat baik. Begitu pula wadah tongkat, bangku, dan piring dari porselen yang tak tampak getas.


Dua Menguak Seni sebagai tema pameran tersebut tentu saja merujuk kepada pendiriki Kompas, Jakob dan Ojong. Mereka ditampilkan lewat dokumentasi bersejarah. Foto-foto yang dipasang menyuguhkan mereka tengah bersanding dengan para tokoh dunia dan Tanah Air.

Panel berbeda menunjukkan kantor lama, Jakob menghadiri sejumlah acara, dan Ojong sedang melanglang buana. Foto yang berjumlah hampir 30 lembar itu dicetak dengan pelat. Kurator Bentara Budaya Ipong Purnama Sidhi menyebutkan, koleksi Bentara Budaya berjumlah 738 lukisan dan koleksi keramik China sebanyak 990 buah. Semua koleksi dirawat dengan baik di ruang bersuhu 18 derajat Celcius dan dibersihkan secara berkala.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page