top of page
  • Vicharius DJ

Perayaan Seni Publik dari Selatan Jakarta

Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) kembali digelar. Tahun ini ICAD bukan hanya berlangsung di tempat utamanya, Grandkemang Hotel Jakarta namun bekerjasama dengan berbagai venue dan brand yang dikurasi #KEMANG12730. Gelaran seni ini dirancang untuk merayakan desain dan seni yang unik khas Jakarta Selatan.

ICAD yang telah memasuki tahun-11 ini berlangsung sejak 21 Oktober hingga 28 November mendatang. Ia tidak hanya melibatkan pameran dalam arti konvensional namun menampilkan pula berbagai kegiatan publik baik secara fisik maupun virtual. Tidak hanya itu, ICAD XI juga memperluas koneksinya melalui kemitraan dengan lembaga-lembaga budaya lokal dan internasional, pers, dan berbagai bisnis terkait gaya hidup.


ICAD XI mengambil tema Publik sebagai elemen yang tak terpisahkan dari seni, yang memicu perhatian dan diskusi mengenai bagaimana hubungan antara sebuah karya seni dan publiknya dapat saling terkait. ICAD XI juga ingin mendorong para seniman dan desainer yang berpartisipasi untuk merespons zaman kini melalui ide-ide spekulatif tentang apa yang mungkin relevan dengan publik pasca-pandemi.

Hal tersebut karena ICAD meyakini pentingnya publik sebagai audiens, pengguna, konsumen, dan penentu tren. ICAD XI menghadirkan instalasi spesial dari B.J. Habibie dan Irvan A. Noe’man, sera puluhan desainer, seniman, arsitek, musisi, komunitas, dan institusi Indonesia dan Internasional.

“Di masa yang akan datang, COVID-19 tidak akan menghilangkan nilai dari pameran tatap muka; melainkan menimbulkan berbagai cara baru untuk mempresentasikannya dengan lebih kreatif,” kata Diana Nazir, selaku Steering Committee dari ICAD XI.

Pameran akan dikonsentrasikan sendiri ke dalam beberapa kategori, yaitu In Focus (seniman dan desainer terkemuka dari Indonesia yang diundang), Artis Tamu (seniman dan desainer internasional yang diundang), Next Gen (seniman muda inovatif yang diundang), dan Open Submission. Untuk mengetahui kabar terbaru ICAD, kunjungi situs www.arturaicad.com dan kanal-kanal media sosial ICAD di Instagram, Facebook, dan Twitter.


Diselenggarakan pertama kali pada tahun 2009, Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) adalah platform yang dibuat untuk menjembatani kolaborasi antara industri desain, seni, teknologi, hiburan, dan perhotelan yang melibatkan desainer interior, desainer grafis, fotografer, videografer, scenographers, pelukis, pematung, sutradara film, dan banyak kreator lainnya.

Festival Director ICAD, Edwin Nazir mengungkap pihaknya sejak awal selalu berupaya mendekatkan seni dan desain kepada masyarakat. Melalui gelaran bertajuk PUBLIK kali ini, ia ingin mendekatkan publik pada karya seni dan desain yang bisa dinikmati publik, serta membuat publik bisa merespons karya. “Tahun ini menjadi lebih spesial karena kami mencoba untuk kali pertama menggagas festival platform desain dan seni tapi yang berbasis wilayah. Akhirnya kami coba undang teman-teman di sekitar Kemang untuk ikut berpartisipasi, ternyata responnya sangat baik,” ungkap Edwin.



Ada 52 partisipan program #KEMANG12730 di wilayah Kemang dari berbagai venue dan brand yang telah melalui tahap kurasi. Adapun nomor unik dalam tajuk program ini ternyata merupakan kode pos dari wilayah Kemang. Setiap partisipan itu bikin program dan pameran sendiri juga. Cita-cita besarnya, kata Edwin, suatu hari seluruh toko dan apapun galeri yang ada di daerah Kemang bisa sama-sama bikin festival. “Mungkin kalau pandeminya sudah usai kita bisa bikin acara di jalan, jadi seperti festival yang benar-benar bisa dinikmati oleh publik,” katanya.

Adapun di venue utama, yakni GrandKemang Hotel menampilkan karya dari 50 seniman yang 8 diantaranya merupakan seniman dari luar negeri. Sejumlah seniman asing yang terlibat berasal dari Cina, Jepang, Singapura, Serbia, Myanmar, Filipina. serta Prancis. Untuk karya dari seniman asing, lanjut Edwin, kebanyakan bersifat video art karena lebih mempermudah proses pengiriman. Meski demikian, ada juga karya berbentuk lukisan dan printing.

Adapun di antara kelima puluh peserta, muncul nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang ikut menyumbang karya dalam gelaran ini. Pria yang akrab disapa Kang Emil ini mengaku karya yang ditampilkannya merupakan ekspresi yang ia tuangkan sebagai cara mengatasi stres akibat pandemi COVID-19.


Kang Emil mengungkap, ia diminta langsung oleh kurator ICAD XI untuk menampilkan karya. Adapun karya berjudul Neo Public Face yang ditampilkannya menggambarkan soal redefinisi publik pascapandemi COVID-19 berlangsung. Dalam kesempatan ini, Kang Emil pun menyampaikan dukungannya pada perayaan pameran seni dan desain di bilangan selatan Jakarta ini.


“Intinya, saya dukung acara ini. Kalau acara sudah 11 kali, itu artinya mereka konsisten. Karena teorinya kalau bikin event udah lebih dari 5x berarti umurnya panjang. Jadi ICAD XI ini luar biasa, dan diselenggarakan saat COVID-nya sudah surut kan,” ujarnya.




0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page