top of page
  • Vicharius DJ

Ragam Kolaborasi Seniman ASEAN dan Korea Selatan

Di galeri ASEAN Jakarta, Anda akan menemukan sebuah karya seni kontemporer yang menggambarkan seorang anak perempuan memakai baju tradisional khas Korea sedang tersenyum. Karya seni instalasi berbahan kayu itu berukuran 143 x 120 cm. Sekilas ia seakan mengajak siapapun yang melihatnya untuk menelisik lebih dalam berbagai simbol di dalamnya.


Ada boneka-boneka, permainan tali, layangan, sampai permen Dalgona. Karya itu ada paduan seni cukil kayu dan seni lukis yang diciptakan secara kolaboratif oleh seniman Indonesia, Catherine Oslo dan Eunji Cho dari Korea Selatan. Dalam simbol-simbol itu  Catherine juga menambahkan rumah masa kecilnya dengan jendela satu terbuka ketika ia tinggal di Singapura. Ia sengaja menyimbolkan 'satu jendela' dengan satu alasan yakni membiarkan kenangan baik tinggal dan momen terburuk pergi.

Kenangan-kenangan masa kecil itu ditambahkan oleh Eunji dengan huruf Alfabet Hangeul dan angka-angka. Di ujung karya seni, ada huruf Korea yang membentuk seperti emoji. Menurut Catherine, Eunji Cho memberikan kebebasan pada siapapun yang melihatnya untuk mengartikan emoji-nya itu seperti apa. Entah sedih atau senang.


Dua seniman lintas negara ini bertemu saat berada di Gwangju, Korea Selatan, pada 2015. Keduanya bertemu dalam program residensi namun kembali disatukan di program KONNECT ASEAN Artists Residency Programme (KAARP) yang diselenggarakan oleh ASEAN Foundation dan ASEAN-Korea Cooperation Fund.


“Sebelumnya memang sudah kenal dan kita tahu ada program residensi seniman ASEAN dan Korea, saya mengajak Eunji Cho untuk berpartisipasi. Kita harus berdiskusi untuk menjadikan satu konsep dan satu karya, dalam karya ini kami memilih kenangan masa kecil,” tutur Catherine.

Dalam berkarya, Catherine mengaku lebih nyaman menggunakan material kayu dengan teknik cukil kayu. Sedangkan Eunji yang di negara asalnya sudah mendunia memakai seni lukis maupun kaligrafi Korea dalam berkarya. “Setelah berdiskusi secara online, kami intens kerja bareng selama dua minggu di Gudskul Ekosistem. Singkat sekali memang tapi kami bersatu untuk mempromosikan budaya dua negara,” ungkapnya.


Karya milik Catherine dan Eunji adalah salah satu yang dipamerkan dari total 15 karya.  Selain itu, ada karya seni hasil residensi KONNECT ASEAN Chiang Mai Print Residency yang juga didonasikan ke ASEAN Gallery.

ASEAN Foundation yang didukung penuh oleh ASEAN-Korea Cooperation Fund bekerja sama untuk mengembangkan seni budaya sebagai bagian dari KONNECT ASEAN. Program pengembangan yang didukung oleh Republik Korea ini membuka peluang bagi seniman-seniman di ASEAN, khususnya Tanah Air untuk mengikuti program residensi.


Project Director KONNECT ASEAN, Ben Hampe, mengatakan diplomasi budaya antara ASEAN dan Korea sudah dimulai sejak 2020. Tahun ini yang kedua kalinya digelar program residensi. “Selama pandemi kami mengembangkan banyak program seperti pameran seni, diskusi, residensi, workshop, educational outreach, dan juga kolaborasi antar dua negara ini,” tuturnya.

Menurut keterangan Ben Hampe, KONNECT ASEAN juga mendukung seniman-seniman muda Tanah Air untuk berkarya dan berpameran. Ketika pandemi, semua event seni stagnan dan para seniman tidak bisa saling bertemu. “Sekarang sudah berlalu dan seniman bisa mengunjungi negara lain untuk residensi, membuat koneksi, dan saling berkolaborasi. Ini adalah era baru yang harus didukung,” katanya.


Dalam program KONNECT ASEAN tahun ini, ada dua seniman Indonesia yang lolos seleksi residensi sampai memajang karya di ASEAN Gallery. Mereka adalah Catherine Oslo yang berkolaborasi dengan Eunji Cho asal Republik Korea dan Muhammad Panca Satria.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page