top of page
  • Vicharius DJ

Respons Bersama Seniman dan Non Seniman dalam Manifesto VII

Nabila Shafa cukup lihai menggambarkan dengan media video bagaimana situasi mahasiswa di Jawa Timur manakala terpaksa berkuliah secara daring. Ia menjadikan video berdurasi 3 menit 13 detik itu sebagai salah satu karya menarik berjudul Biowar Daring Mahasiswi dalam pameran daring Manivesto VII.

Selain Nabila ada juga seniman asal Yogyakarta, Nasirun yang mengirimkan sebuah video Jailangkung Tak Mengerti Corona. Video yang memperlihatkan proses melukis tentang medium lewat tradisi jailangkung untuk melihat hal tak kasat mata.


Mengapa video banyak tampil dalam Manifesto VII ini? Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan program seni berkala dua tahunan memang diselenggarakan dengan cara yang berbeda dan hadir dalam bentuk digital khususnya video.



Selain itu Manifesto VII diselenggarakan bukan hanya untuk kelompok seniman namun juga masyarakat yang lebih luas. Mereka diajak untuk bersama merespon pandemi Covid-19. Lebih dari 200 peserta mengikuti pameran seni melalui seleksi ketat. “Pameran ini bukan hanya daring tapi melibatkan kalangan yang lebih luas, bukan hanya yang memiliki karya seni tapi masyarakat luas juga menyikapi pandemi dari berbagai latar profesi,” kata Hilmar.


Pameran daring Manifesto VII dikurasi oleh tim kuratorial yakni Rizki A Zaelani, Citra Smara Dewi, Sudjud Dartanto, Bayu Genia Krishbie, dan Teguh Margono. Tema pandemi sengaja dipilih karena memotret perkembangan seni rupa yang terkena imbas Corona. Di awal pembukaan seleksi, ada 333 karya dari 267 peserta. Tapi video yang dikirimkan dikurasi kembali menjadi 217 karya dari 204 peserta.


Kurator pameran, Rizki A Zaelani, mengatakan meski karya yang dikirimkan adalah video tapi ada banyak ekspresi yang ditampilkan. “Lewat medium video, ada tarian, pemeran teater, hingga karya yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Variasi ini turut menampilkan perkembangan seni media baru (new media art) di Indonesia yang semakin menggeliat,” tukasnya.



“Dari setahun sebelumnya, kami sudah membuat format Manifesto seperti yang biasa diselenggarakan. Tapi kami meninjau ulang, ini adalah upaya dari Galeri Nasional Indonesia untuk persoalan pandemi dan ke depannya,” kata Rizki.


Ia melanjutkan, "Pameran ini diproyeksikan melihat ke depan di perkembangan seni rupa pasca global pandemi. Bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia juga berubah." Rizki menambahkan para peserta non seniman yang berbeda profesi menampilkan karya yang menunjukkan perjuangan mereka beradaptasi dengan perubahan. Serta menghadirkan pandemi sebagai laporan situasi yang menggugah.


Karya-karya di pameran daring Manifesto VII bisa dilihat di situs galnasonline.id mulai 8 Agustus 2020.




0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page