- Vicharius DJ
Ruang Fantasi Affandi tentang Ruang, Alam, dan Manusia
Dalam rangka menyemarakkan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN), Galeri Nasional Indonesia menyuguhkan karya sang maestro, Affandi dalam sebuah pameran imersif bertajuk Alam, Ruang, Manusia. Sejak dibuka pada 27 Oktober hingga 27 November mendatang, kita akan diajak menyaksikan hasil dari kelincahan karya Affandi. Namanya menjadi jaminan tipikal keindahan seni rupa Indonesia.
Meski dalam masa pandemi, Galeri Nasional tetap membuka pameran ini bagi publik secara terbatas. Pengunjung bisa hadir secara fisik di ruang pamer dan menyaksikan 15 karya Affandi yang terpajang di dinding galeri. Kehadiran pengunjung dibagi dalam enam sesi antara pukul 10.00–17.00. Setiap sesi berdurasi satu jam. ’’Dan hanya boleh diisi dalam ruangan itu (maksimal) 20 orang,’’ terang Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto.
Uniknya, pameran kali ini tidak sekadar menampilkan karya Affandi dalam bentuk lukisan berpigura. Di awal tur pameran, pengunjung disuguhi sebuah pertunjukan video mapping di ruang pamer utama. Belasan proyektor menyorot seluruh dinding ruangan dan menampilkan visual karya-karya Affandi dalam bentuk gambar bergerak.

Alih wahana tersebut membuat lukisan-lukisan Affandi seolah hidup. Misalnya, dalam lukisan berjudul Perahu-Perahu yang dibuat pada 1955. Obyek itu menggambarkan keindahan alam Pulau Bali dengan aktivitas manusia bersama perahu di dalamnya. Juga beberapa potret manusia seperti lukisan berjudul Pengemis yang menggambarkan penderitaan dan kerasnya kehidupan.
Ada pula lukisan potret berjudul Ibuku yang memang menggambarkan sosok ibunda Affandi. Juga dua lukisan potret diri Affandi. Selain itu, dipamerkan pula dua buah lukisan berjudul Bunga Matahari I dan Bunga Matahari II. Masing-masing dilukis pada 1974 dan 1975. Dua lukisan yang disebut menunjukkan kekaguman Affandi kepada sosok Vincent van Gogh, pelukis masyhur asal Belanda yang menjadi idolanya.
Pameran itu dikuratori Bayu Genia Krishbie. Dari sekian banyak karya Affandi, dia memilih 15 karya yang paling kuat dalam menggambarkan alam, ruang, dan manusia. Bayu menuturkan, ide itu berawal saat dirinya dan tim dari Galeri Nasional diperlihatkan video pameran imersif di Lumiere, Prancis, oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid.

Mengapa disebut pameran imersif? Menurut Bayu, pameran itu ingin membuat para penikmat seni lukis mendalami sebuah lukisan. “Bagaimana sebuah suguhan dapat membuat pengunjungnya masuk ke dalam dunia lukisan,” lanjutnya.
Lalu mengapa karya Affandi yang ditampilkan. Secara singkat karena Affandi adalah sosok penting dalam dunia seni rupa Indonesia. Ketika ide pameran imersif itu dimunculkan, Bayu dan tim Galeri Nasional harus mencari sosok penting untuk ditampilkan. Bukan sekadar pelukis kenamaan, melainkan juga penting dalam perkembangan seni rupa Indonesia.
Saat riset, Bayu dan timnya mengobrak-abrik buku-buku tentang Affandi dan mencari kata kunci yang berkaitan dengan karya-karya sang maestro. Didapatilah tiga kata kunci: alam, ruang, manusia. Alam adalah bagaimana Affandi mengobservasi lanskap alam.

Soal ruang, beberapa kali Affandi membuat karya arsitektural seperti Borobudur dan bangunan lainnya. Dan yang utama, Affandi adalah seorang humanis. ’’Pak Affandi sebenarnya lagi susah. Tapi, ketika dia melihat orang yang lebih susah, dia akan menolong,’’ tambahnya.
Secara filosofis, Bayu melihat tema Pekan Kebudayaan Nasional kali ini adalah Penguatan Tubuh Masyarakat dalam Perspektif Kebudayaan. “Affandi saya kira berkarya sampai ujung hidupnya,”’ tuturnya. Kartika Affandi, putri Affandi, pernah bercerita bahwa ayahnya meminta kanvas dan cat dalam kondisi tergolek di RS. Dia membuat sebuah potret meski pada akhirnya tidak terselesaikan.
Salah satu kekuatan pameran imersif kali ini terdapat pada video animasi yang ditampilkan dengan konsep video mapping. Ada 98 foto lukisan yang dialihwahanakan menjadi video animasi. Menghasilkan sebuah video menakjubkan sepanjang 30 menit. Seluruh karya yang disajikan mewakili perjalanan Affandi melukis sejak 1940–1970-an.