top of page
  • Vicharius DJ

Sebuah Respons Atas New Normal Pada Arisan Karya Ketiga

Arisan Karya ronde ketiga akhirnya dibuka. Banyak seniman muda yang terlibat dalam perhelatan ini. Mereka di antaranya adalah Patricia Untario dan seniman asal Bandung, Etza Meisyara. Patricia hadir dengan karyanya berjudul Interaksi #3 yang dibuat pada 2020. Ia terinspirasi oleh interaksi antar manusia karena tidak bisa hidup sendiri. “Tapi sekarang ini kan karena pandemi COVID-19, di balik kita disuruh stay at home,” tutur Patricia.


Karya Patricia bermula dari kaleidoskop kaca yang direkam menggunakan video dari handphone. Karyanya juga menampilkan cermin segitiga prisma dan nantinya pantulan dari layar telepon seluler yang terpantul ke cermin. “Hampir sama dengan perkembangan karya saya yang sebelumnya berukuran besar. Layarnya besar, dan aku mau-nya orang masuk itu berinteraksi. Bersosialisasi dengan orang yang nggak dikenal, jadi bakal minta tolong,” terangnya.



Karya seni 'Interaksi' yang dibuat seukuran 25 x 25 x 25 cm mengajak untuk lebih banyak bersosialisasi via ponsel. Ia memanfaatkan layar ponsel sebagai karya dengan dipantulkan oleh cermin sehingga menghasilkan pantulan warna yang menarik. Sepertinya ia ingin orang nyaman dengan diri sendiri yang berada di rumah.


Dalam berkarya sejak tahun 2008, Patricia Untario kerap menggunakan kaca sebagai material. Sifat transparan dari kaca membuatnya menjadi termotivasi karena kaca menunjukkan arti sejati dari keterbukaan dan kejujuran. “Kalau di rumah misalnya ada tembok semuanya tuh, kalau pakai kaca, sinar matahari masuk ke dalam rumah. Berasa warm, saya suka yang transparan dan dilewati cahaya,” tukas Patricia.


Sementara itu Etza Meisyara memeriahkan ronde ketiga Arisan Karya di Museum MACAN dengan karya berjudul Face Facing Solitude merespon new normal di masa pandemi COVID-19. “Di masa pandemi sekarang ini, segala aktivitas harus pakai handphone. Orang-orang memakai kamera depan hampir di semua aktivitas di segala bidang pekerjaan, sekolah, ibadah, dan dari situ kita harus beradaptasi dengan perubahan dunia ini,” tutur Etza.


Etza merasa sebagai manusia saat pandemi Corona, setiap orang semakin intim dengan teknologi. Sebagai seniman, Etza merespons dengan membuat karya seni yang merupakan self reflection. Dari refleksi itu, Etza Meisyara membuat karya seni yang menggabungkan antara gagasan kamera depan, sains, dan sinyal frekuensi.



Ia juga membuat aplikasi yang bisa diunduh di telepon seluler. Ketika kita membuka aplikasi, wajah akan terdeteksi karena face recognition dan bisa diketahui apakah kita merasa sedih, bahagia, dan lain-lain. Seniman yang kuliah jurusan intermedia dalam berkarya kerap mengeksplorasi berbagai medium dan material.


“Gagasan utamanya di mindset aku sound ini selalu punya medium rambat. Aku tuh berusaha selalu melihat banyak kemungkinan untuk beradaptasi, dan sekarang aku lagi fokus ke teknologi, semakin ke sini aku jadi kenal orang IT di bidang yang berbeda-beda,” tukasnya.


Di edisi ketiga Arisan Karya Museum MACAN, ada 150-an karya seni yang terpilih. Panggilan terbuka para seniman berlangsung pada 16-19 Juli 2020. Sebelumnya dua ronde Arisan Karya sukses digelar dan diminati pecinta seni.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page