top of page
  • Vicharius DJ

Sebuah Tafsir dari Bulan yang Terbelah

Tepat setelah matahari tenggelam, keriuhan dan perdebatan menjelang penentuan 1 Ramadan dalam kalender masehi selalu bergulir hampir setiap tahun. Dua organisasi besar Islam hampir tidak pernah sejalan kapan harus memulai berpuasa dan merayakan Idul Fitri.

Tegangan yang muncul dari tarik-menarik antara dua sudut pandang menjadi poin utama yang menarik perhatian seniman Radhinal Indra. Indra mencoba menerjemahkan ketegangan pemikiran antara kegamangan itu secara visual lewat karya dua dimensional dan sebuah instalasi.


Karya Indra bisa dinikmati dalam pameran Ketika Bulan Terbelah bersama Rubanah Underground Hub yang bekerja sama dengan RUCI Art Space. “Saya melihat ketegangan antara dua organisasi besar ini bukanlah semata-mata ketegangan keyakinan, tapi lebih kepada perbedaan metode dan prinsip dalam mengamati bulan,” tutur Indra.



Perbedaan pemikiran tersebut merujuk pada perbedaan tafsir kedua organisasi terhadap salah satu Hadits Riwayat Bukhari tentang Sabda Nabi Muhammad SAW mengenai Hilal, sehingga ‘membelah’ kedua kubu. Dalam interpretasi Indra, terbelahnya dua organisasi besar di Indonesia atas pengamatan hilal itu mirip seperti Ketika Nabi Muhammad SAW membelah bulan di langit.


Pria kelahiran 1989 ini pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan fokus Desain Grafis. Tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang akademis, sangat mempengaruhi proses pembuatan karyanya. Penggabungan antara wawasan ilmiah dalam penciptaan karya seninya selama ini telah menjadi faktor kuat yang selalu muncul dalam karya-karya Indra.


Indra lebih sering berfokus mencari hubungan antara benda langit dan manusia. Menurut dia, fenomena perdebatan tahunan mengenai hilal bulan untuk penentuan 1 Ramadhan ini merupakan salah satu bukti bagaimana benda langit --dalam hal ini bulan, dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia terus-menerus setiap tahun.


“Saya beranggapan, mungkin saja ketegangan antar dua organisasi ini adalah sesuatu yang harus kita jaga karena menjadi fondasi dalam menghargai perbedaan pendapat dan metode terhadap suatu masalah,” ucap Indra.



Karya-karya dalam pameran Ketika Bulan Terbelah ini dikurasi oleh Dwihandono (Doni) Ahmad. Dibuka secara tatap muka, pameran karya Indra digelar dalam dua mode, yaitu terang dan gelap. Pada pukul 11.00-16.00diatur dalam kondisi gelap (dark mode). Kemudian pada pukul 16.00-20.00 mode pameran akan kembali terang (light mode). Penerapan dua mode itu, menurut Indra, untuk menciptakan pengalaman yang beda dalam menikmati suatu pameran seni.


“Salah satu karya yang kami tampilkan itu berupa inflatables bulan yang dapat menyala terang menerangi seluruh ruangan galeri, menurut saya akan lebih baik jika lampu galeri lain semuanya dimatikan,” ujar Indra.


Dalam kurasinya, Doni Ahmad melihat penerjemahan atas perbedaan terlihat pada karya berujudul Bersitegang Berimbang. Pengulangan secara vertikal pada bentuk bulan dengan susunan membentang secara horizontal menghadirkan ilusi visual terendiri, yaitu seolah bulan tengah bervibrasi terombang-ambing ke atas dan ke bawah akibat garis edarnya yang menegang karena ditarik oleh kekuatan dari kiri dan kanan.


Interpretasi yang sama juga terlihat pada ujung-ujung dari karya Bersitegang Meregang yang menggunakan kait-kait ber-suspensi untuk memberi ilusi getaran yang seolah muncul dari tegangan. “Pada lempeng penahan kait dinding, Indra tak lupa menuliskan beberapa kata dari hadits yang memicu perbedaan tafsir,” ujar Doni.


Pameran kali ini juga menampilkan sebuah instalasi bulan yang terhimpit oleh dua mimbar. Karya berjudul Bersitegang Berhimpitan itu bercermin pada ritual tahunan yang terjadi di Indonesia. Karya ini membawa sisi-sisi yang lebih sosial terkait kehadiran dua organisasi Islam yang mempertentangkan cara melihat bulan.


“Keberadaan bulan itu sendiri seolah menjadi demikian penting di masyarakat karena dibahas dan diangkat sebagai topik berargumen oleh dua organisasi massa,” kata Doni.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page