top of page
  • Vicharius DJ

Semarak Kebudayaan Nasional dengan Ketahanan Tubuh

Fasad atau bagian depan kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat di Bandung tampak luar biasa. Ada patung, berupa bilah-bilah bambu dan imitasinya yang besar membelit empat pilar di pelataran. Pematung Joko Avianto alias Jokoawi membuat instalasi patungnya di lokasi yang spesifik itu dengan ukuran 2 x 2 x 7 meter.



Berjudul Lawon Balebat, patung itu terinspirasi dari kain dengan garis-garis putih seperti di ufuk timur yang memberi makna suatu harapan. Idenya dikaitkan dengan situasi wabah global pandemi Covid-19 sekarang ini. Karya khusus pesanan pemerintah itu tampil di ajang pameran kelompok seni rupa yang bertajuk Ketahanan Tubuh.


Masih dalam rangka menyemarakan Pekan Kebudayaan Nasional 2020, Pameran seni rupa Ketahanan Tubuh dibuka sejak 31 Oktober 2020 dan berlangsung hingga akhir November mendatang. Pameran in menggandeng 10 seniman dan kolektif dan dikuratori oleh Rifky Effendy.



Menurut Rifky, Ketahanan Tubuh menyoroti bagaimana tubuh menjadi wacana masyarakat global dalam masa pandemi. “Melalui karya para seniman baik secara individual maupun kelompok, karya para seniman juga terkait dengan berbagai wacana budaya lokal seperti berbagai unsur tanaman berkhasiat yang bisa menguatkan imun tubuh,” ungkap Rifky.


Kurator yang berdomisili di Bandung itu juga mengatakan ada juga karya yang menampilkan nilai warisan seni budaya tradisi Nusantara. Ke-10 seniman individu maupun kolektif yang terlibat berpameran adalah Arif Syarifudin dari Jatiwangi Art Factory, Aswino Aji, Citra Sasmita, Mapping From Home Project, Joko Avianto, Kemalezedine, Performance69, PONIMIN, Tiarma Sirait, dan Tisna Sanjaya.



Dilihat dari situs pkn.id, kuratorial pameran seni rupa Ketahanan Tubuh dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, reaksi atas situasi pandemi yang menampilkan karya-karya PONIMIN dan Arif Syarifudin. Seniman selalu bereaksi dengan caranya sendiri terhadap respons berbagai persoalan kemanusiaan, termasuk dengan situasi pandemi COVID-19 secara global.


Bagian kedua, aksi tubuh yang dikarantina dihadirkan lewat karya kolektif dari Performance69 dan Proyek Mapping From Home. Ketika menghadapi karantina, banyak seniman yang berada di dalam studio lebih produktif dan mengekspresikan diri melalui alat atau teknologi media.



Bagian ketiga, adalah refleksi melalui karya-karya Citra Sasmita, Aswino Aji, Kemalezedine, Tiarma Sirait, Tisna Sanjaya, dan Joko Avianto. Berbagai peristiwa di balik bencana selalu memberikan makna bagi manusia, seperti juga di balik wabah ini. Para seniman selalu menghasilkan suatu refleksi dengan kepekaan artistiknya dan berupaya untuk menyampaikan pesan kepada khalayak.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page