top of page
  • Vicharius DJ

Spontanitas Goenawan Mohamad dalam Seni Grafis

Bagi jurnalis senior dan sastrawan seperti Goenawan Mohamad, seni rupa mungkin menjadi medium terbarunya untuk menggurat ide yang tidak bisa diejawantahkan dalam prosa atau puisi. Ia memang sejak beberapa tahun terakhir gencar menggelar pameran seni rupa di beberapa galeri di Tanah Air. Terbaru, sastrawan gaek itu pun masih trengginas dalam membuat goresan metafora lewat sepilihan karya intaglio dan litografinya di Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan.

 

Pada pameran bertajuk “Kitab Hewan: A Book of Beast” itu, GM, sapaannya menghadirkan sekitar 35 karya grafis berukuran kecil hingga sedang. Seluruh karya tersebut merupakan hasil residensi GM untuk menekuni seni grafis di salah satu studio printmaking populer di Indonesia, Devto Printmaking Institute di Ubud, Bali. Ia menjalaninya sejak pertengahan 2022 hingga awal 2023. Pameran Kitab Hewan menampilkan 15 karya intaglio berpokok perupaan aneka rupa dan gaya hewan, antara lain badak, monyet, dan kodok, dan sebuah lanskap di bawah awan dan sepetak rumah di Bromo.

 

Selain itu, GM juga mengusung 20 karya intaglio dan litografi berpokok perupaan potret binatang dan orang-orang yang unik dan tampak surealistik. Beberapa judul lukisannya di antaranya “Sang Ilmuwan”, “Bhisma Swarga”, “Badut”, “Zhung Zhou di Bukit”, dan “Pemabuk di Sudut Sanur”.

 

Ada yang menarik pada karya “Orang Suci & Burung-burung”. GM yang menggunakan teknik litografi pada medium berdimensi 61 cm x 80 cm itu menampilkan sosok seperti manusia berjubah hitam panjang. Namun, secara visual, bentuknya tak jelas. Di sekelilingnya, terdapat gambar tiga burung seperti sedang melayang. Meski bentuk tersebut memiliki definisi, tetap saja secara corak karya ini begitu surealistik.

 

Intaglio atau teknik cetak dalam sendiri merupakan jenis seni rupa grafis yang pembuatan karyanya menggunakan plat alumunium yang dibentuk menggunakan benda tajam, agar dapat menghasilkan goresan yang dalam. Goresan dalam plat aluminium tersebut diberi tinta dan disapukan pada Permian kertas yang dibasahi.

 

Sementara litografi atau teknik cetak datar merupakan teknik cetak yang memanfaatkan plat atau papan cetak datar untuk membuat bagian gambar dan bukan gambar berada pada ketinggian sama. Untuk memisahkannya, cetak datar menggunakan lapisan emulsi yang membuat bagian gambar akan menarik tinta sedangkan bagian bukan gambar akan menolak tinta.

 

Srie Malela Mahargasari yang menjadi kurator pameran ini mengatakan, Kitab Hewan merupakan sehimpun karya grafis yang di dalamnya memiliki pokok cerapan atau citra yang sejenis, yaitu dunia tentang hewan. Lukisan-lukisan yang dipamerkannya ada yang menyerupai burung, ular, kuda, tikus, dan lainnya, yang tidak tampil secara utuh dan rinci.

 

“Goenawan memang tak hendak menyalinnya dari realitas hewan sesungguhnya. Oleh sebab itu, acapkali pada karya-karyanya tak kita kenali secara persis jenis hewan yang ada dalam karyanya,” katanya.

 

Menurut Srie, dalam menciptakan koleksi karyanya kali ini, GM menggambarkannya cenderung secara spontanitas. Dalam berkarya, dia tidak digerakkan oleh ide, tetapi mengandalkan kebebasan tangan atas dorongan dari dalam dirinya yang menggerakkan. “Spontanitas dan dorongan bermain itulah merupakan kekuatan yang menghidupkan karya-karya grafis Goenawan. Karenanya, hampir semua karya grafisnya cenderung tidak tertib atau malah cenderung rusuh,” imbuhnya.

 

Dalam catatan pengantarnya, GM mengatakan sejak menekuni residensi seniman di Devfto Printmaking Institute untuk belajar mempraktikkan teknik etching, dia mengaku menemukan seni rupa yang dia sukai. Menurutnya, proses pembuatan karya grafis terasa akrab dalam 'mendengarkan' tubuh, dengan jari dan tangan yang berusaha pas memegang jarum dan pisau untuk memproduksi gambar di papan logam.

 

“Bagi saya, intaglio dan litografi lebih dekat dengan drawing, dengan kejujuran, dengan ketidakmampuan sok pintar, dan dengan ketidakterdugaan,” ucapnya.

0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page